Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Puisiku Menjelma Jadi Jin!

1 September 2012   14:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_196520" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi-Jin Kazama/dareodevil.webs.com"][/caption]

Aku merasa tak pernah benar-benar bisa menulis cerpen apalagi puisi. Alur pikirku tak sabaran, terlalu to the point, tanpa tendeng aling-aling, tidak suka kalimat bersayap, walau kadang kalimatku bersayap juga, kurang suka ekseklusifitas makna. Otakku kadang lelah membaca tanda-tanda yang dilukiskan aksara, tanda-tanda seumpama kucing, burung atau angin dalam puisi. Terlalu bersayap.

Kucoba berkali-kali menulis cerpen. Tapi hasilnya seperti sebuah opini...ha-ha-ha. Bahkan seperti sebuah artikel politik. Atau, seperti sebuah pledoi.

Tapi...jauh di dalam jiwaku tersimpan banyak sekali puisi dan cerpen. Mereka mencoba menerorku minta dikeluarkan. Mereka seperti para jin yang terkurung di dalam botol. Siapakah yang sudi membukakan tutup botolnya? Tanyaku. Aku bukan bertanya pada pembaca artikel ini, melainkan entah pada siapa---jin-jin liar di luar botol?

Suatu waktu kubaca twit Djenar Maesa Ayu. "Cerpen itu singkatan dari cerita p*n*s (maaf, pen.)," katanya berfilosofi seolah tertuju pada perabotanku. Maksudnya, mungkin, tidak ada p*n*s (maaf lagi) yang benar-benar besar dan panjang. Walaupun kata orang p*n*s (lagi-lagi maaf) si Anu bin Fulan besar tapi tidak akan pernah sebesar dan sepanjang tiang listrik. Jadi, mengapa ragu membuat karya pendek dan kekar? Aku bertanya, kali ini pada diriku sendiri.

Baiklah. Aku bisa menulis puisi dan cerpen. Bisa, bisa, bisa! Tapi...biarlah kupelihara dulu para jin di dalam botol itu sampai suatu saat ia dewasa dan siap keluar ke alam manusia. Aku membatin, kali ini juga pada diriku sendiri.[]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun