Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intoleransi Umat Berakar di Ulama

30 Agustus 2012   01:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:09 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_196008" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/blog.adw.org"][/caption] Pemimpin umat dibidang pemerintahan adalah presiden dan jajarannya ke bawah. Pemimpin umat dibidang agama adalah ulama. Siapa yang mengangkat ulama dan apa hak mereka sehingga menyatakan aliran agama lain yang tak sepaham sebagai sesat? Inilah akar tunggang sikap intoleransi umat. Ulama! Dalam kasus kerusuhan Sunni-Syiah di Sampang, tersebutlah Abuya Ali Karrar, pimpinan Ponpes Ma'had Islami Salafi Darut Tauhied (Misdat), Pamekasan, Madura, menyatakan bahwa aliran Syiah pimpinan Tajul Muluk sebagai sesat. Dengan pengaruhnya, Abuya Ali Karrar berupaya mengusir umat Syiah dari tanah tempat mereka hidup. Dengan segala cara mereka mendesak Bupati Sampang supaya mengusir umat Syiah. Lembaga Swadaya Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (LSM MUI) Sampang dan Jawa Timur juga telah menyatakan aliran Syiah pimpinan Tajul Muluk sebagai 'sesat dan menyesatkan'. Fatwa sesat ini didukung oleh Ketua MUI Pusat KH Amidhan. Jadi lengkaplah sudah simpul-simpul "ulama" yang melakukan pengkafiran terhadap aliran yang tak sepaham. Sikap ulama demikianlah yang dikecam keras oleh tokoh Islam yang moderat, paham sejarah, paham budaya, dan melek konstitusi. Sebut saja antara lain Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan bahwa pecahnya konflik antar-umat beragama seringkali dipicu sikap sebagian ulama. Salah satunya adalah memutlakkan kebenaran pada kelompoknya dan menjatuhkan fatwa sesat pada kelompok lain. "Sampai kapan pun dan dimanapun saya menentang keras sikap ulama yang menyesatkan aliran lainnya. Terlepas setuju atau tidak dengan paham yang diyakini aliran lain, tetap tidak boleh menyebutnya sesat," imbuhnya. Sikap ulama demikian yang benar. Kehadirannya di tengah umat menjadi perekat. Bukan pemecah belah umat. Dakwahnya mencerahkan hati, pikiran, dan mengajak. Bukan main ancam dengan jurus 'sesat dan menyesatkan', main usir, main fisik, bahkan mendukung umatnya yang pembunuh. Apa upaya para 'ulama' di Sampang dan Jatim pada umumnya, adakah mereka turun ke tengah-tengah massa umat untuk menenangkan umat dan melarang keras segala bentuk kekerasan? Juga, bagaimana peran MUI, adakah mereka turun tangan langsung ke tengah umat? Belum ada terdengar! Tidak sedikit ulama dari masa ke masa yang kerjanya bikin kerusakan di muka bumi. Ada aliran yang tak sepaham langsung kebakaran jenggot dan jubah. Main ancam, main fatwa sesat, dan main usir. Binatang saja bisa bersahabat dengan manusia, tanpa memandang apa agama manusia itu. Tidak dengan sebagian ulama dan umatnya yang intoleran. Katakan "tidak!" pada ulama suu'. ------------------ Referensi: mediaindonesia.com, Karrar: Penyerangan Syiah Madura Murni Spontanitas Warga ------------, Sikap Ulama Sering Jadi Pemicu Konflik Antar-Umat Kompasiana. com, Kasus Sampang: MUI Sebaiknya Dibubarkan Saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun