Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Pembalakan Liar di Pinggiran Kota Padang

26 Juli 2012   14:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADANG -- Suatu kebetulan saya hobi berpetualang ke hutan-hutan, tak terkecuali hutan sekitar pinggiran kota Padang. Yang kulihat pohon-pohon dengan diameter lumayan besar sudah nyaris tak ada lagi. Yang tersisa hanya pohon-pohon kecil rerata berdiamter lingkaran paling besar 30-an cm (sebesaran betis orang dewasa). Waktu kejadian galodo (banjir bandang) besar, Selasa (24/7) malam, nampak terlihat berbagai gelondongan kayu yang terindikasi kuat sisa pembalakan liar di hulu sungai Batang Kuranji, Limaumanih, Padang. Walhi Sumatera Barat sudah menyimpulkan penyebab banjir bandang tersebut adalah pembalakan liar di hulu sungai. Cobalah Tuan berjalan ke hulu Batu Busuk, Kelurahan Limaumanih, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Sesudah ketemu jembatan Batu Busuk yang terbuat dari kepingan besi, nah, terus saja ke arah hulu. Nanti akan ketemu PLTA Kuranji milik PT Semen Padang, langsung belok ke kiri naik ke atas bukit. Di lereng bukit itu, Tuan akan melihat bekas gelondongan kayu di luncurkan dari atas. Bekas luncuran gelondongan kayu di atas tanah itu menjadi ceruk memanjang dari atas hingga ke bawah. Bentuknya berupa siring membulat panjang, melewati celah-celah semak belukar. Di sanalah hasil pembalakan liar diluncurkan dari atas bukit ke bawah pada mendekat waktu magrib atau pagi-pagi sekali. Sekali waktu cobalah jua Tuan berjalan ke arah Lubuk Minturun. Teruuuuus saja ke arah hulu, ke arah Kelurahan Air Dingin, Balai Gadang, Padang. Di sana ada jalan tembus rintisan Padang - Solok tapi belum selesai, terhenti sejak 1998. Jalan ini melewati hutan Lindung di Air Dingin. Di tepi jalan jelas sekali terpampang papan pemberitahuan yang besar berisi kutipan pasal-pasal dalam UU Kehutanan dan pemberitahuan bahwa di sana merupakan kawasan hutan lindung yang terlarang dirambah. Nyatanya, dirambah juga.

[caption id="attachment_189887" align="aligncenter" width="362" caption="Hutan Lindung Air Dingin, Balai Gadang, Padang, sudah bablas kena rambah. Hutan Lindung ini merupakan hulu dari sungai Lubuk Minturun, Padang. Doc. Pribadi (24 Maret, 2012)."][/caption] Demikian halnya jika Tuan menyempatkan waktu melihat pebukitan Karang Putih Indarung. Di pebukitan yang merupakan konsesi milik PT Semen Padang ini, tepatnya ke arah hulu, hutan lindung juga sudah "diperawani". Dibabat.

[caption id="attachment_189888" align="aligncenter" width="403" caption="Hutan di bagian hulu Kampus Universitas Andalas, Limaumanih, Padang. Hutan ini merupakan hulu dari sungai Batang Kuranji. Terlihat tidak ada lagi pohon-pohon yang besar. Doc. Pribadi (12 Maret 2011))"]

13433094551894569710
13433094551894569710
[/caption] Di hulu Universitas Andalas juga demikian seperti terlihat dari foto di atas. Hutan Raya Undand sudah bablas, tidak ada lagi pohon yang besar. Bekas-bekas penebangan pohon di hulu Hutan Raya Unand, juga nampak jelas. Saya biasa membawa anak sulung bermain hiking ke hutan di kawasan ini. [caption id="attachment_189889" align="aligncenter" width="420" caption="Daerah Aliran Sungai (DAS) rusak parah. DAS ini di Kelurahan Tarantang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, nampak rusak parah. Tiap hari pasir dan kerekel dari DAS ini diambil dengan bebas. Truk Toyota Buaya biasa masuk sampai ke tengah sungai. Bangunan dengan cerobong asap nun di hulu sana adalah pabrik PT Semen Padang. Doc. Pribadi (5 Juli 2011)"]
1343310234814490987
1343310234814490987
[/caption] Buruknya penegakan hukum di hutan Lindung hulu sungai diperparah lagi dengan buruknya penegakan hukum di DAS hilir sungai. Pasir, batu dan kerekel diambil para penambang dengan leluasa. Truk Toyota Buaya biasa masuk hingga tengah sungai untuk mengangkut batu, pasir dan kerekel. Bisa diduga, jika banjir melanda dari hulu sungai, banjir besar bisa meluap ke tepian sungai.

Hampir semua hutan di sekitar hulu perbukitan yang melingkari kota Padang sudah "diperawani". Dibabat tanpa ampun. Tak terkecuali di hutan sekitar air terjun Kelurahan Teluk Bungus, Kecamatan Teluk Kabung, Padang. Sekitar tiga bulan lalu saya pergi ke hutan di sana, nampak dengan jelas bekas kayu-kayu diluncurkan dari atas bukit ke bawah; bekas tanah sudah berlobang cukup dalam memanjang dari atas ke bawah bukit; bunyi mesin senso perambah hutan juga terdengar meraung-raung; beberapa pohon nampak tumbang nyungsep dari atas bukit curam jatuh ke batang sungai dekat air terjun.

Kota Padang seperti kuali raksasa yang di pinggirannya dikelilingi bukit. Sayangnya, hutan di bukit-bukit tersebut sudah dirambah dengan ganas. Ditambah dengan banyaknya sungai yang melintasi kota ini, jangan heran jika ancaman longsor dan banjir bandang akan terus mengintai.

Yang dibutuhkan adalah penegakan hukum. Tak cukup doa-doa tolak bala, istighosa, Asmaul Husna, dan semacamnya yang digagas oleh Walikota Padang Dr Fauzi Bahar untuk menghalau banjir dan tsunami. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun