Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Galodo Padang Terbesar dalam 100 Tahun Terakhir

25 Juli 2012   13:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:38 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADANG -- Galodo (banjir bandang) yang melanda kawasan kota Padang, Selasa (24/7) malam, diyakini sebagian warga sebagai banjir bandang terbesar dalam 100 tahun terakhir. Bahkan jika diperkirakan, dengan kilas cerita dari kakek-nenek-buyut, bisa jadi merupakan banjir bandang terbesar dalam 200-an tahun terakhir. Jangan-jangan terbesar dalam 1.000 tahun. Sebab, tidak ada peninggalan cerita dari nenek moyang pernah ada banjir sebesar kemaren.

Nenek Lis (75), seorang warga Padang Besi, Padang, misalnya. Ia bercerita bahwa seumur hidupnya belum pernah melihat banjir bandang sebesar kemaren, khususnya di hulu sungai Batang Arau di belakang rumahnya. Ketika saya tanya, apakah ada cerita bapak, kakek-nenek dan buyut bahwa pernah ada banjir lebih besar dari kemaren--seraya saya beri diskripsi banjir kemaren--nenek Lis menggeleng. Belum pernah ada cerita demikian, katanya.

Jika umur nenek Lis (75) tersebut digabung-gabung dengan umur bapaknya (86), kakek-nenek (sekitar 91), dan buyutunya (sekitar 90) maka setidak ada terkumpul waktu 342-an tahun. Artinya, dalam 342-an tahun terakhir tidak ada cerita ada banjir bandang sebesar kemaren, taroklah paling kurang dalam 212 tahun atau sejak nenek-moyang orang Padang Besi (antara lain suku Sipanjang) pertama menaruko (membuka lahan) di sekitar Hilalang, Padang Besi, Padang, sekitar tahun 1800-an. Nenek moyang orang Padang Besi umumnya berasal dari Kabupaten Solok.

Sore tadi saya mencoba menelusuri ke arah hulu sungai Batang Arau di Padang Besi, Padang. Sekalian untuk tujuan mandi sore karena air PDAM mati sejak kemaren malam.

Bekas-bekas banjir bandang memang dahsyat. Pada beberapa tempat letak sungai sampai berubah atau beralih ke tempat lain, menerobos ladang penduduk, hampir masuk perkampungan dan menghantam masjid dekat jembatan Padang Besi; ceruk batang sungai yang dalamnya hampir 3 meter sekarang tidak kelihatan lagi, suda rata berisi batu-batu yang datang dari arah hulu sungai; dan terlihat juga batang-batang kelapa tumbang dan berlintangan di pinggir dan tengah sungai.

Dahsyat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun