[caption id="attachment_186984" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi (Shutterstock.com)"][/caption] Malam ini entah mengapa aku membayangkan bagaimana ya rasanya punya akun kloningan. Coba-coba menebak sensasi rasa menggunakan akun lain seolah sedang melakukan gerakan tersembunyi tanpa orang lain sadari. Seperti sebuah spionase. Gatal juga mau buat akun kloningan lalu merajalela di belantara Kompasiana. Entah bagaimana sensasinya. Makin gatal karena dua hal. Pertama, secara ToC akun kloningan sebenarnya terlarang di Kompasiana tapi dapat dilakukan. Terlarang tapi "boleh", bukankah itu sensasional?! Umpama memegang cewek yang bukan muhrim, ianya terlarang tapi si cewek seolah "mempersilahkan". Kedua, makin sensasional lagi karena pada dasarnya aku kurang minat membuat akun kloningan. Sesuatu yang tidak diminati tapi pas melihat hasilnya ternyata menarik adalah suatu godaan tersendiri. Umpama dulu makan pizza, pertama tak suka, coba lagi kedua kali, tiga kali, eh, lama-lama enak juga. Bagi orang yang sudah "mandi akun kloningan" sampai puluhan tentu saja mengoperasionalkan akun sedemikian banyak untuk tebar komentar dan serang sana sini, bukan hal yang luar biasa. Biasa-biasa saja. Gemeletikan seperti sekawanan ulat bulu. Barangkali demikian terkaannya. ------------------------------------ N/B: Tulisan ini "maksa" karena lagi tak ada ide.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H