Berbeda halnya jika Radix WP mengata-ngatai ritual ibadah umroh dengan makna yang jelek. Hal yang sama sekali tidak ditemui dalam redaksional komentar di atas. Sebab, titik fokus komentar itu bukan pada umrohnya, melainkan pada penilaian subjektif akan manfaat dari apa yang dilakukan dua pihak yang berbeda (umroh dan main kembang api)--sama-sama menilai ada manfaatnya bagi kegembiraan.
Jikapun Admin tetap berpendirian bahwa redaksional komentar Radix WP tersebut sebagai pelecehan agama, maka vonisnya tidak sampai pembekuan akun. Mari kita baca baik-baik ToC Kompasiana poin 10 berikuti ini,
"10. Kompasianer dilarang memperdebatkan dan/atau mempertentangkan ajaran agama tertentu, meliputi keyakinan dan ritual keagamaan. Konten terkait agama dan segala perdebatannya akan langsung dihapus."
Jadi adalah jelas, bahwa yang dibredel adalah konten yang dinilai melecehkan agama tersebut. Bukan akun si pemberi komentar. Umpama kata, tikusnya yang ditangkap dan bukan lumbungnya yang dibakar.
Saran
Dari uraian di atas, penulis menyarankan Admin untuk meninjau kembali pembredelan akun Radix WP (http://www.kompasiana.com/radixwp). Katakanlah upaya terobosan administrasi luar biasa atau semacam peninjauan kembali (PK). Mudah-mudahan vonis PK-nya memutuskan akun Radix WP diaktifkan kembali.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H