Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Muhaimin Iskandar

1 Maret 2014   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13936556771586319140

[caption id="attachment_297955" align="aligncenter" width="600" caption="Lensaindonesia.com - Muhaimin Iskandar"][/caption]

Sepengamatan saya ada tiga orang politisi yang memiliki manuver luar biasa menjelang 2014. Tiga orang itu adalah Jokowi, Risma, dan Muhaimin. Walaupun postur dan tampilan Muhaimin kelihatan biasa-biasa saja tapi manuver politiknya boleh dikata tidak biasa.

Yang paling menonjol dari manuver Muhaimin adalah "mendompleng" popularitas tokoh-tokoh nasional untuk popularitas partainya, PKB. Tokoh-tokoh yang "didompleng" popularitasnya oleh PKB adalah Roma Irama, Jusuf Kalla, dan Moh Mahfud MD. Ketiga tokoh ini digadang-gadang sebagai bakal calon presiden dari PKB.

Kepada Roma dibilangnya sebagai Capres PKB. Tetapi bersamaan membiarkan partainya (tokoh-tokoh teras PKB) bermanuver menyapreskan JK dan Mahfud. Titik panas kehebohan terutama muncul dari sosok dan manuver Roma. Jadilah rame bursa capres dari PKB. Boleh dikata lebih semarak dibandingkan para capres dalam Konvensi Partai Demokrat.

Bersamaan dengan itu Muhaimin mengangkat pengusaha kaya, pemilik Lion Air, Rusdi Kirana, sebagai Wakil Ketua Umum PKB. Suatu keputusan yang patut diacungi jempol. Dengan manuver ini PKB mendapatkan "darah segar". Kehadiran Rusdi diakui melahirkan optimisme di internal PKB.

Jauh sebelum itu, Muhaimin mampu mengalahkan tokoh yang paling dihormati di internal NU dan PKB, pamannya, yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam sebuah perseteruan politik di internal partai dan di pengadilan dalam memperebutkan posisi puncak di PKB. Fakta bahwa seorang dengan kaliber seperti Gus Dur saja mampu dikalahkan oleh Muhaimin sudah cukup untuk membuktikan bahwa Muhaimin bukan sosok politisi kacangan.

Konsistensi dan loyalitas PKB pada kontrak politik koalisi di Setgab dan Kabinet SBY, juga patut mendapat catatan tersendiri. Dengan loyalitas itu PKB nampak solid. Anasir-anasir "pembangkang", seperti Lily Wahid dan Effendi Choirie, berhasil "dijinakkan" oleh Muhaimin.

Ke dalam, Muhaimin berhasil menjaga soliditas partai. Ke luar, Muhaimin melakukan manuver-manuver politik cukup brilian untuk membesarkan partainya. Dengan cara itu, PKB tetap "mengorbit" dalam pemberitaan media nasional. Jadilah PKB berangsur dikenal diseantero Indonesia, tidak hanya berporos di Jawa seperti sebelumnya.

Ini yang juga menarik. Walaupun berbasis kultural dari rahim NU, namun PKB bukanlah partai Islam. PKB merupakan partai inklusif. Konsistensi ini dijaga dengan baik oleh Muhaimin. PKB menolak tawaran PPP untuk membangun apa yang disebut "Koalisi Partai Islam", dengan alasan PKB bukanlah partai Islam dan pola koalisi demikian sudah ketinggalan zaman. Singkat kata, PKB menolak koalisi berbasis agama.

Pendirian PKB demikian patut diapresiasi positif. Politik dimaknai PKB tidak lagi mengedepankan aspirasi aliran-aliran keagamaan, suku, ras dan antar golongan. Melainkan politik kebangsaan. Sebuah sikap politik yang modern dan rasional.

(Sutomo Paguci)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun