Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Bervisi Intoleran Sebaiknya Merapat ke Gerindra

28 April 2014   00:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu bunyi manifesto politik keagamaan Gerindra adalah menjaga kemurnian agama. Dalam kaitan ini, Gerindra akan membuat jera aliran-aliran agama yang berbeda dengan mainstream, seperti Syiah, Ahmadiyah, dll. Sebentuk manifesto politik primitif-intoleran.

Nah, partai-partai Islam yang selama ini anti-Syiah, anti-Ahmadiyah, dan anti-anti aliran-aliran agama non-manstream cocok sekali bergabung ke Gerindra. Biar makin jelas warnanya.

PPP, misalnya, melalui Ketum Suryadharma Ali pernah membuat pernyataan supaya penganut aliran Syiah di Sampang tobat dulu baru boleh kembali ke kampungnya. Sebentuk syarat rekonsiliasi yang mencekik leher nurani dan keimanan umat Syiah.

Hal yang lebih kurang sama dengan PKS. Kader-kader partai ini yang menjadi gubernur seperti di Jawa Barat dan Sumbar telah mengeluarkan pergub anti Ahmadiyah. Tidak heran bila jemaat Ahmadiyah di Jabar dan Sumbar terdiskriminasi dengan hebat.

Ada lagi sebuah partai Islam yang tak terdaftar dan masuk dalam sistem kepartaian resmi di Indonesia. Partai itu bernama Hizbut Tahrir Indonesia. Partai HTI ini cocok pula mendukung koalisi dengan Gerindra. Puritanisme agama yang diusung HTI cocok dengan manifesto Gerindra.

Disamping itu, ada lagi ormas-ormas dan aliran-aliran politik kalangan Islam yang tak resmi masuk dalam partai manapun karena menilai sistem partai di Indonesia adalah thogut, sebut saja FUI, JAI, MIUMI, dll. Ormas-ormas dan aktivis beraliran puritanisme agama di sini cocok bergabung ke dalam "tenda besar" koalisi yang digagas Gerindra. Gerindra bukan lagi thogut berkat bermanifesto pemurnian agama itu.

Bergabungnya parta-partai Islam dan aktivis Islam bervisi politik intoleran demikian akan membuat pengelompokan politik di Indonesia menjadi jelas. Siapa kelompok toleran dan intoleran menjadi jelas. Tidak ada sama-samar lagi.

Akan menjadi aneh bila parpol berideologi Islam-ekslusif malah bergabung ke parpol nasionalis-inklusif yang visi politiknya bukan berlandaskan agama melainkan konstitusi, kecuali Gerindra. Mending berkelompok saja sesama "jenis kelamin" yang jelas visi intoleransinya. Biar tidak rancu.

(Sutomo Paguci)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun