Sebelum sampai ke laut lepas, ada dua titik wisata penuh kenangan di batang Air Lais, yakni: Curug 9 dan Bendungan Air Lais. Di dua tempat ini saya dan teman-teman biasa berwisata alam, mengambil pasir untuk dijual pada pengumpul, atau sekedar mencari ikan mungkus. Waktu itu sekitar tahun 1984-1994.
Tidak banyak wisata alam di Kabupaten Bengkulu Utara. Sampai-sampai Bendungan Air Lais (kami menyebutnya "DAM Air Lais"), yang sebenarnya biasa-biasa saja, ramai dikujungi wisatawan domestik pada momen Idul Fitri dan Tahun Baru. Bendungan Air Lais dibuat pada zaman keemasan Orde Baru, selesai dibangun dan diresmikan tahun 1982 oleh Wapres Adam Malik.
Bendungan Air Lais berlokasi di Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Berjarak sekitar 20 km dari Kota Argamakmur, ibu kota Kabupaten Bengkulu Utara. Atau, berjarak sekitar 5 km dari Desa Margasakti.
[caption id="attachment_307344" align="aligncenter" width="600" caption="Theojatikesumo.blogspot.com - Bendungan Air Lais 1981"][/caption]
[caption id="attachment_307345" align="aligncenter" width="600" caption="Theojatikesumo.blogspot.com - Bendungan Air Lais"]
Di Bendungan Air Lais itulah kami biasa, di hari libur, mengambil pasir di dalam air, dimasukkan ke karung putih, dijujung ke tepi, lalu diongokkan di tepi jalan. Persis di sudut kiri atas foto ke-2 ini kami mengambil pasir. Dari menjual pasir ini kami, anak-anak usia SD-SMP waktu itu, dapat membeli jajanan, buku dll.
Di lain waktu kami mengait ikan mungkus di sana. Kadang ikan mungkusnya ditembak dengan senapan berumpan tombak kawat runcing. Ikan mungkus yang didapat kemudian direjeng insangnya dengan tali akar. Kira-kira seperti foto di bawah ini.
Sebagai catatan kaki, ikan mungkus ini tersebar di banyak tempat di Bengkulu, Sumbar, Jambi, bahkan dikenal di Hawaii. Rasa, bau amis dan tekstur ikan ini saat dimakan khas dan penuh kenangan.
[caption id="attachment_307346" align="aligncenter" width="500" caption="Pessel-tourisme.com - Ikan mungkus (mungkuih, Minang)"]
[caption id="attachment_307347" align="aligncenter" width="500" caption="LiveScience - Perwujudan ikan mungkus atau Sicyopterus stimpsoni"]
Tahun 1995 saya pertama kali mengunjungi Curug 9 di Tanah Hitam, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Waktu itu Curug 9 belum populer dikunjungi wisatawan seperti era 2000-an ke atas. Suasananya benar-benar masih murni, tenang, dan sama sekali tak ditemui sampah atau coretan-coretan sekedar penunjuk arah sekalipun.
Waktu berkunjung ke Curug 9 tersebut saya kelas 1 SMA. Sengaja ke sana pada waktu liburan semester di SMA 3 Bengkulu (sekarang SMA 4 Bengkulu). Butuh waktu sekitar 6 jam dari Kota Bengkulu hingga sampai di Desa Margasakti---di desa ini saya sempat tinggal sekitar 10 tahun, sejak 1984-1994, usia SD-SMP. Dari Desa Margasakti kami (rombongan 7 orang) jalan kaki ke Desa Tanah Hitam, butuh waktu sekitar 1 jam, bisa juga naik motor atau mobil berhenti di Desa Tanah Hitam.
[caption id="attachment_307348" align="aligncenter" width="600" caption="Jalantula Outdoor Organizer - Curug 9 Tanah Hitam, Kab. Bengkulu Utara"]
[caption id="attachment_307349" align="aligncenter" width="600" caption="Sutomo Paguci - Di Curug 9 Tahun 1995, masih unyu-unyu"]
Dari Desa Tanah Hitam perjalanan dilanjutkan, kembali dengan jalan kaki, hingga ke Curug 9. Butuh waktu sekitar 3 jam. Dari sini medan cukup berat, naik turun bukit terjal, melalui semak-semak, hutan tropis yang lembab, menelusuri batang kayu, menyeberang anak sungai, dst...hingga sampai.
Sesampai di Curug 9, di tingkat terendah, tingkat ke-9...jreng! Mata langsung dihadapkan pada air terjun bertingkat dua dan bergandeng dua sekaligus. Luar biasa! Indah, sejuk dan tenang. Dasar dongo, koleksi foto air terjun yang utuh malah enggak ada. Yang ada hanya foto narsis perlihatkan sebagian air terjun. Karena itu saya ambil foto di atas.
Sesampai di Curug 9 kami duduk sebentar, melepas penat, lihat-lihat sekeliling, foto-foto, lalu makan siang. Kebetulan adik saya sudah pernah ke sini sebelumnya. Dia santai saja manjat hingga ke puncak tertinggi air terjun tingkat ke-9 ini, melereng di tepi sebelah kiri. Setelah puas kami pun pulang ke Desa Margasakti yang penuh kenangan.
(Sutomo Paguci)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H