MENANAMKAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL KEPADA SISWA
 Disampaikan pada acara Silaturahim dan Workshop
Di Yayasan Jannatul Naim Lampung
Tanggal 06 Mei 2024
 Oleh:
Prof. Dr. H. Sutirna, S.Pd., M.Pd.
Dekan FKIP UnsikaÂ
PENDAHULUAN
Harta yang paling berharga di dunia bukan berupa uang yang takterhingga, tanah dan bangunan yang sangat luas dan megah bagaikan istana raja, bukan kendaraan yang mewah, dan bukan banyaknya bongkahan intan berlian permata, karena semua akan ditinggalkan ketika Allah Swt memanggilnya. Hal tersebut sebagaimana tercatat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikutip dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 3 oleh Imam an-Nawawi, dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Artinya: "Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR Muslim No. 1631).
Guru ada yang memberikan kepanjangannya yaitu digugu dan ditiru. Digugu diartikan apapun perintah yang disampaikan oleh seorang guru maka anak didik akan menjalankan perintahnya, sedangkan ditiru diartikan apa saja yang dilakukan atau diperbuat oleh guru maka anak didik akan mengikutinya seperti yang ditanamkan oleh bapak pendidikan kh. dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.
Sedangkan arti guru dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dengan demikian pekerjaan seorang guru bukan hanya mentranspormasikan ilmu saja kepada anak didik, namun lebih dari itu (attitude, karakter, emosional, dst), artinya pekerjaan guru sangat berat dan hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung seperti membalikan dua buah telapak tangan. Semoga dengan tulisan ini yang disajikan dalam Workshop HEPI (Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia) dan Silaturahim dengan Keluarga Besar Yayasan Jannatun Naim Lampung membawa kita semua untuk menjadi Guru yang Profesional untuk mempersiapkan generasi bangsa di masa mendatang. Aamiin
MENANAMKAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL KEPADA SISWA
Pertanyaan yang paling mendasar untuk dapat melaksanakan kegiatan atau aktivitas Menanamkan Sikap Spiritual dan Sosial kepada Siswa, mari kita menganalisis secara bersama-sama kompetensi apa saja yang harus kita miliki sebagai tenaga pendidik dan kependidikan dalam memberikan yang terbaik kepada anak didik?
Gambar 1. Komponen yang wajib ada untuk Guru Profesional/Dokumen Ficture: Sutirna
Daniel Goleman, EQ sama ampuhnya dengan IQ, dan bahkan lebih.3 Terlebih dengan adanya hasil riset terbaru yang menyatakan bahwa kecerdasan kognitif (IQ) bukanlah ukuran kecerdasan (Intelligence) yang sebenarnya, ternyata emosilah parameter yang paling menentukan dalam kehidupan manusia. Menurut Daniel Goleman (IQ) hanya mengembangkan 20 % terhadap kemungkinan kesuksesan hidup, sementara 80 % lainnya diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.4 Ungkapan Goleman ini seolah menjadi jawaban bagi situasi aneh yang sering terjadi di tengah masyarakat, di mana ada orang-orang yang diketahui ber-IQ tinggi ternyata tidak mampu mencapai prestasi yang lebih baik dari sesama yang ber-IQ lebih rendah. (Amrozi, 2019)
Danah Zohar, Lan Marshall berpendapat bahwa Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain dan spiritual quotient (SQ) adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, spiritual quotient (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi seseorang. (MUARIF, 2020)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pendidikan harus diterapkan secara seimbang dengan memerhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ, dan SQ. apalagi dengan gencarnya Artificial Intelligence (AI), merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. Oleh karena itu guru memiliki peran yang sangat crusial dalam menyiapkan anak bangsa di masa mendatang.
Mari kita kaji secara Bersama, apa yang akan terjadi berdasarkan gambar di bawah ini:
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki IQ yang tinggi saja dalam aktivitasnya .................
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki EQ yang tinggi saja dalam aktivitasnya .................
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki SQ yang tinggi saja dalam aktivitasnya .................
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki IQ dan EQ dalam aktivitasnya .................
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki IQ dan SQ dalam aktivitasnya .................
Bagaimana jika seorang guru hanya memiliki EQ dan SQ dalam aktivitasnya .................
Analisis table di atas menginformasikan betapa pentingnya seorang pendidik (guru, tutor, fasilitator, mentor, dll) memiliki tiga kecerdasan bahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin terus berkembang, guru harus menguasai informasi dan teknologi yang selanjutnya disebut dengan Artificial Intelligence (AI). Muhamad Surya (almarhum) mantan Pengurus Besar PGRI dan Dosen Pacasarjana Universitas Pendidikan Indonesia menyampaikan bahwa guru professional salah satunya harus menguasai Informasi Teknologi jika tidak ingin ketinggalan dari orang lain bahkan dikatakan dari bangsa-bangsa luar negeri. (Surya, 2014)
Menanamkan sikap spiritual dan sikap sosial kepada anak didik diperlukan guru yang professional, guru yang bekerja dengan ibadah, guru yang tulus berangkat menunaikan tugas dari lubuk hati yang ikhlas, dan guru selalu dirindukan oleh para peserta didik setiap saat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan menanamkan sikap spiritual dan sosial kepada peserta didik, ada lima belas indicator yang wajib hadir dalam insan guru, yaitu:
Positive, selalu berpikir positif dalm menjalankan aktivitasnya.
Communicative, selalu berkomunikasi dengan baik dan menyenangkan bagi anak didik
Dependable, guru yang dapat diandalkan oleh anak didik disetiap saat
Personable, guru yang menarik dalam memberikan pembelajaran
Organized, guru yang dapat mengorganisir kelas yang PAIKEM (pembelajaran aktif inovatif kreatif energik dan menyenangkan)
Commited, guru yang memiliki komitmen tinggi dalam mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik.
Motivational, guru yang selalu memberikan dorongan kepada anak didik dan penyemangat dalam belajar
Compasinate, guru yang selalu menyayangi anak didik tanpa pilih kasih
Flexible, guru yang tidak kaku, selalu pleksibel dalam menyikapi peserta didik
Individuality Perspective, guru yang memiliki pendangan ke depan setiap anak didik
Value Based, guru yang memiliki dasar dasar nilai kehidupan
Knowladgeable, berpengetahuan yang luas
Creative, guru yang selalu muncul gagasan/ide dalam bekerja
Patient, guru yang memiliki tingkat kesabaran dalam menghadapi anak didik
Send of humor, memiliki sifat humoris. (Sutirna, 2022)
Pertanyaannya, berapa persen dari lima belas indicator guru professional di atas yang kita miliki? Renungkan persentase tersebut masing-masing dan jika masih di bawah 50%, mari kita menjadi agen perubahan (agent of change) untuk mencapai tujuan.
Kesuksesan merupakan hak semua orang, tetapi tidak akan diberikan kepada orang-orang yang malas. Oleh karena itu mari kita menjadi orang yang tidak malas sehingga kesuksesan akan diberikan kepada kita.
KESIMPULAN
Menanamkan sikap spiritual dan sosial kepada siswa sangat penting, oleh karena itu miliki ketiga kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) sebagai kuncinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi kita sebagai tenaga pendidik.
Kuasai IT (Informasi Teknologi) sebagai kecerdasan tambahan yang disebut dengan Artificial Intelligence (IT) sebagai keterampilan menghadapi era persaingan global.
Menjadi guru yang didambakan kehadirannya oleh Peserta Didik/Siswa bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi perlu berangkat dari hati yang sangat mendalam dan selalu berprinsip " Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
REFERENSI
Amrozi, S. R. (2019). PEMIKIRAN DANIEL GOLEMAN DALAM BINGKAI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM di INDONESIA. Al-Adalah, 22(2), 105-116. doi: https://doi.org/10.35719/aladalah.
MUARIF, A. (2020). Tinjauan Tentang Spiritual Quotion (SQ). Surabaya: UIN Surabaya.
Surya, M. (2014). Psikologi Guru (Konsep dan Aplikasi) dari Guru, untuk Guru (Vol. 1). (A. Nurjamal, Ed.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Alfabeta. Retrieved Maret 21, 2024
Sutirna. (2022). Bimbingan dan Konseling (Bagi Guru Mata Pelajaran) (Vol. 1). Yogyakarta, Daerah Istimewa, Indonesia: Deepublish.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H