(Pada Kegiatan IHT di SMK Indonesia Mas Cilamaya Wetan Karawang, 20 Oktober 2022)
By. Associate Prof. Dr. H. Sutirna, S.Pd., M.Pd.
Universitas Singaperbangsa Karawang Jawa Barat
Perjalan penyelenggaraan Pendidikan di setiap negara berbeda-beda, maka secara otomatis capaian pendidikannya pun berbeda-beda, ada yang melejit bagaikan kilat sehingga cepat merubah status menjadi negara maju, ada yang biasa-biasa saja sehingga negara tersebut menempati posisi diantara negara maju -- miskin. Kemudian ada negara yang posisi capaian pendidikannya maju tidak mundur tidak (jalan di tempat) maka negara tersebut termasuk dalam kategori negara berkembang.
Begitupun dengan kurikulum yang diberlakukan di setiap negara berbeda dan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan falsafah dan ideologi yang dianutnya. Indonesia dengan luasnya negara dengan ragam budaya, Bahasa, Ras-nya, serta geografinya, karena dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai pandangan hidup, maka dapat disatukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkaitan dengan kurikulum, Indonesia memiliki perjalanan sangat Panjang, sejak sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan dan sekarang di alam mengisi kemerdekaan terus melakukan perubahan-perubahan kurikulum berdasar kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, karena jika tidak menyesuaikan atau tidak melakukan perubahan, maka bangsa kita akan ketinggalan jauh dari bangsa-bangsa lain.
Sebagai gambaran ketika kurikulum 1965 dalam ilmu pengetahuan alam tentang tumbuhan disampaikan bahwa tumbuhan akan tumbuh dan berkembang ketika terkena sinar matahari, namun di jaman sekarang kalimat tersebut gugur dan tidak berlaku lagi, karena kemajuan IPTEK yang dikembangkan manusia dapat menggantikan sinar matahari melalui pijaran atau pancaran dari cahaya listrik (Lampu Neon TL).
Begitu pentingnya kurikulum bagi setiap bangsa di dunia, khususnya yang ditugasi dibidang Pendidikan, mustahil kurikulum dari setiap negara tidak mengalami perubahan kurikulum, oleh karena itu, kajian kurikulum terus melakukan analisis-analisis kurikulum yang diseuaikan dengan kebutuhan akan hidup dan kehidupan.
Kurikulum Merdeka di Indonesia yang sekarang mulai diterapkan diseluruh jalur Pendidikan mulai semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 yang awalnya Mas Menteri Pendidikan hanya diterapkan pada sekolah penggerak saja. Kurikulum merdeka memegang prinsip merdeka belajar, artinya secara sangat sederhana bahwa guru dan peserta didik harus merdeka, guru merdeka dengan memberikan materi pelajaran melalui kreativitasnya sendiri-sendiri, tetapi perlu dicatat dengan baik, bukan guru dalam melaksanakan tugasnya bebas tidak karuan atau semaunya/sekarep dewek/bagaimana gua/gimana saya. Dalam hal ini ada aturan mainnya atau peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Prinsip Merdeka Belajar bagi peserta didik, artinya hampir sama dengan guru, bukan merdeka bebas tidak karuan, tetapi merdeka belajar disini peserta didik diarahkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan berbagai cara dan upaya. Apalagi jaman era internet, guru bukan lagi sosok sumber pengetahuan, karena sudah berbeda jamannya. Mungkin sebagai gambaran para generasi yang dilahirkan sebelum 1960-an, guru dijadikan sebagai sumber utama dalam pembelajaran, karena situasi dan kondisi pada jaman tersebut, buku sumber hanya guru yang memiliki, buku juga sulit untuk diperoleh, karena percetakan atau penerbit di jaman itu sangat-sangat langka, dan banyak lagi lainnya.
Bagaimana sekarang dengan kurikulum merdeka bagi seorang guru? Karena tujuan kurikulum merdeka mengasah minat dan bakat peserta didik sejak usia dini dengan focus pada materi-materi yang esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Dengan memperhatikan pengertian yang sangat sederhana arti dan tujuan kurikulum merdeka, maka jawabannya untuk pertanyaan di atas adalah "JANGAN JADI GURU LONTONG BASI" (Motivator Education, 2020; Amin AB Ibnu Solihin, 2015; Sutirna, 2022).
Ap aitu Guru Lontong Basi? Ciri-cirinya sebagai berikut:
- Gaya mengajar masih Jadul, guru duduk saja dimejanya tanpa memperhatikan peserta didik atau focus ke papan tulis saja, sehingga kelas tidak dinamis
- Mengajar sering teriak-teriak malah lebih parahnya selalu menggebrak meja atau memukul papan tulis menggunakan mistar atau alat lain.
- Selalu memberikan hukuman dan ancaman. Misal kalimat " Awas Kamu........."
- Guru selalu mengatakan " Awas kamu tidak mengerjakan PR, saya keluarkan dari kelas "
- Bel jam pertama masuk, eh guru masih sarapan, ngopi, dan lain-lain di ruang guru atau kantin. Dan lebih celakanya Mengghibah orang lain.
- Guru tidak kreatif dan produktif.
- Malas menulis, misal RPP, Agenda,..........apalagi artikel untuk pengembangan diri.
- Hallo anak-anak buka buku LKS-nya ya, maaf halaman berapa ya sekarang............!
- Duduk dan Tegak semuanya, jangan ada yg bicara.........ngeri ini Guru
- Penampilan yang kurang rapih
- Siswa diminta mengerjakan soal, eh........gurunya keluar kelas.
- Siswa sibuk mengerjakan Latihan, eh.....guru ketiduran.
- Guru bercerita itu-itu saja, membosankan apalagi tidak kreatif
- Banyak alasan yang tidak jelas
- Merasa diri sudah cukup hebat, ogah mengupdate
- Sering datang terlambat
- Diminta belajar lagi,..................ah sudah Old
- Gaptek dengan perkembangan jaman
- Mengajar hanya untuk mencari makan, pekerjaan guru hanya alternatif
- Guru selalu mengeluh................................!
Kurikulum bagaimana pun memiliki tujuan yang sangat ideal, namun itu ada yang pro dan kontra dalam pelaksanaannya, oleh karena itu, mari kita hilangkan label pada diri kita semua jangan menjadi Guru Lontong Basi, karena sehebat kurikulum apa pun tetap tidak akan diapresiasi oleh guru lontong basi, parahnya menjadi propokator dalam penyelenggaraan Pendidikan.
Kesimpulan
Bapak Pendidikan KH. Dewantara telah memberikan tonggak semangat di Pendidikan melalui mottonya " Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani" di depan kita harus menjadi teladan, di tengah kita harus selalu membangun karya, dan di belakang kita harus selalu memberikan motivasi bagi seluruh peserta didik.
Kurikulum Merdeka dapat terimplementasikan dengan baik dan tujuannya tercapai, maka perlu merubah pola pikir secara Bersama-sama dalam tugas memberikan layanan Pendidikan dengan prinsip Jangan Jadi Guru Lontong Basi.
Daftar Rujukan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2000). Kurikulum Merdeka. Jakarta: Depdikbud R.I.
Sutirna (2022). Pentingnya memahami Bimbingan dan Konseling bagi Guru Mata Pelajaran. Yogyakarta: Deepublish
Ruang Kuliah Motivator Pendidikan, Jakarta
Amin AB Ibnu Solihin. (2005). Seminar Pendidikan Nssional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H