Mohon tunggu...
Dr H Sutirna
Dr H Sutirna Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang

Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Kurikulum Merdeka Kegiatan IHT (In House Training) di SMK Swasta Indonesia Mas Cilamaya Kabupaten Karawang

20 Oktober 2022   20:03 Diperbarui: 20 Oktober 2022   20:07 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip Merdeka Belajar bagi peserta didik, artinya hampir sama dengan guru, bukan merdeka bebas tidak karuan, tetapi merdeka belajar disini peserta didik diarahkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan berbagai cara dan upaya. Apalagi jaman era internet, guru bukan lagi sosok sumber pengetahuan, karena sudah berbeda jamannya. Mungkin sebagai gambaran para generasi yang dilahirkan sebelum 1960-an, guru dijadikan sebagai sumber utama dalam pembelajaran, karena situasi dan kondisi pada jaman tersebut, buku sumber hanya guru yang memiliki, buku juga sulit untuk diperoleh, karena percetakan atau penerbit di jaman itu sangat-sangat langka, dan banyak lagi lainnya.

Bagaimana sekarang dengan kurikulum merdeka bagi seorang guru? Karena tujuan kurikulum merdeka mengasah minat dan bakat peserta didik sejak usia dini dengan focus pada materi-materi yang esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Dengan memperhatikan pengertian yang sangat sederhana arti dan tujuan kurikulum merdeka, maka jawabannya untuk pertanyaan di atas adalah "JANGAN JADI GURU LONTONG BASI" (Motivator Education, 2020; Amin AB Ibnu Solihin, 2015; Sutirna, 2022).

Ap aitu Guru Lontong Basi? Ciri-cirinya sebagai berikut:

  • Gaya mengajar masih Jadul, guru duduk saja dimejanya tanpa memperhatikan peserta didik atau focus ke papan tulis saja, sehingga kelas tidak dinamis
  • Mengajar sering teriak-teriak malah lebih parahnya selalu menggebrak meja atau memukul papan tulis menggunakan mistar atau alat lain.
  • Selalu memberikan hukuman dan ancaman. Misal kalimat " Awas Kamu........."
  • Guru selalu mengatakan " Awas kamu tidak mengerjakan PR, saya keluarkan dari kelas "
  • Bel jam pertama masuk, eh guru masih sarapan, ngopi, dan lain-lain di ruang guru atau kantin. Dan lebih celakanya Mengghibah orang lain.
  • Guru tidak kreatif dan produktif.
  • Malas menulis, misal RPP, Agenda,..........apalagi artikel untuk pengembangan diri.
  • Hallo anak-anak buka buku LKS-nya ya, maaf halaman berapa ya sekarang............!
  • Duduk dan Tegak semuanya, jangan ada yg bicara.........ngeri ini Guru
  • Penampilan yang kurang rapih
  • Siswa diminta mengerjakan soal, eh........gurunya keluar kelas.
  • Siswa sibuk mengerjakan Latihan, eh.....guru ketiduran.
  • Guru bercerita itu-itu saja, membosankan apalagi tidak kreatif
  • Banyak alasan yang tidak jelas
  • Merasa diri sudah cukup hebat, ogah mengupdate
  • Sering datang terlambat
  • Diminta belajar lagi,..................ah sudah Old
  • Gaptek dengan perkembangan jaman
  • Mengajar hanya untuk mencari makan, pekerjaan guru hanya alternatif
  • Guru selalu mengeluh................................!

Kurikulum bagaimana pun memiliki tujuan yang sangat ideal, namun itu ada yang pro dan kontra dalam pelaksanaannya, oleh karena itu, mari kita hilangkan label pada diri kita semua jangan menjadi Guru Lontong Basi, karena sehebat kurikulum apa pun tetap tidak akan diapresiasi oleh guru lontong basi, parahnya menjadi propokator dalam penyelenggaraan Pendidikan.

Kesimpulan

Bapak Pendidikan KH. Dewantara telah memberikan tonggak semangat di Pendidikan melalui mottonya " Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani" di depan kita harus menjadi teladan, di tengah kita harus selalu membangun karya, dan di belakang kita harus selalu memberikan motivasi bagi seluruh peserta didik.

Kurikulum Merdeka dapat terimplementasikan dengan baik dan tujuannya tercapai, maka perlu merubah pola pikir secara Bersama-sama dalam tugas memberikan layanan Pendidikan dengan prinsip Jangan Jadi Guru Lontong Basi.

Daftar Rujukan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2000). Kurikulum Merdeka. Jakarta: Depdikbud R.I.

Sutirna (2022). Pentingnya memahami Bimbingan dan Konseling bagi Guru Mata Pelajaran. Yogyakarta: Deepublish

Ruang Kuliah Motivator Pendidikan, Jakarta

Amin AB Ibnu Solihin. (2005). Seminar Pendidikan Nssional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun