Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sudah Lanjut Usia, Bisnis Dikemanakan !

16 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 15 Januari 2025   14:08 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Banyak pebisnis yang mengeluh, sudah susah payah memajukan bisnis, sudah sukses, tapi anak tidak mau melanjutkan bisnis tersebut. Entah dengan alasan tidak mau dibawah bayang-bayang orangtua, atau bukan passion atau profitnya makin kecil.

Secara umum untuk menambah modal guna pengembangan usaha ada tiga cara yaitu melalui go-public (IPO), mencari mitra / investor atau pinjam ke bank. Keduanya kita sebagai pebisnis harus tetap aktif.

Padahal kita sudah tergolong lansia, meski masih sehat. Teman-teman yang bekerja sebagai profesional sudah banyak yang pensiun. Kita tentunya juga ingin pensiun sambil menikmati hasil kerja selama ini. Cara yang paling mudah adalah "menjual" bisnis dengan cara merger dan akuisisi (M & A). Dengan cara ini bisnis masih dapat berkembang, mampu bersaing, memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi operasional.

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu entitas baru, dengan tujuan menciptakan perusahaan yang lebih kuat dan efisien. Contoh pada era paska krisis moneter 1998, beberapa bank Pemerintah merger menjadi Bank Mandiri.

Akuisisi, pembelian saham atau aset perusahaan lain oleh perusahaan yang lebih besar, dengan tujuan memperluas pasar, dan  meningkatkan produksi.
Contoh, akuisisi Terminix oleh Rentokil, rokok Sampoerna oleh Philip Morris.

Nah dengan M & A, kita yang ingin pensiun bisa mengurangi aktivitas kita. Misal dimulai dengan memegang jumlah saham di bawah 50%, resikonya kita tidak mempunyai power lagi untuk mengatur bisnis. Andai jumlah saham kita tinggal 40% , maka kita sudah memiliki kekayaan 60% untuk cadangan hari tua kita  Bahkan bila perusahaan besar yang melakukan akuisisi ingin memperbesar modal, jumlah saham kita bisa makin kecil secara prosentase, namun lebih besar secara nilai.

Memang saat jumlah saham kita masih sekitar 40% kita tidak bisa langsung pensiun, kita masih diwajibkan membantu operasional. Bila jumlah saham kita makin kecil, Maka aktivitas kita juga makin kecil.

Memang melakukan M & A tidak mudah. Kita harus melakukan perencanaan (strategi, keuangan maupun tujuan bisnis), negosiasi,  due diligence (proses pemeriksaan kondisi keuangan, hukum, dan operasional), pengajuan proposal, hingga proses pengintegrasian (keuangan, operasional dan sumber daya manusia).

Bila kita mengalami kesulitan dalam prosesnya, sekarang sudah banyak konsultan bisnis yang menangani M & A, hanya saja ada beaya yang harus dikeluarkan. Saat mereka mulai bekerja, saat konsultan sudah menemukan perusahaan yang siap melakukan akuisisi, dan "success fee" saat pengintegrasian sudah selesai dilakukan.

Memang yang paling ideal adalah bisnis diwariskan pada keluarga, dari orangtua kepada anak. Namun bila anak tidak berminat, cara akuisisi bisa ditempuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun