Membaca buku tulisan mantan Menteri Kesehatan RI era presiden SBY perioda pertama (2005-2009) berjudul "Kedaulatan yang Tergadai" (KyT) setebal 266 halaman ini membuat semangat nasionalisme kita terasa diaduk-aduk.
Ada perasaan marah, geram, jengkel, merasa bodoh, karena merasa bisa dikerjain oleh  negara adi kuasa, dengan penjajahan terselubung. Kalau di masa lalu, penjajah menjajah negara lemah secara fisik, kini menjajah secara ekonomi (neokolonialisme). Memberikan hutang yang berkedok bantuan, bahkan secara politik berhasil diizinkan memasukkan intelijen ke sebuah negara merdeka yang dibantu.
Buku KyT adalah sekuel dari buku pertama "Dunia Sudah Berubah" (DSB) yang kontroversial. Karena seorang perempuan berani menghadapi negara adi kuasa di meja perundingan internasional dan sanggup memenangkan adu argumentasi yang merugikan negara lemah.Bahksn buku DSB edisi bahasa Inggris sempat hilang dari pasaran, dan diissuekan ditarik dari peredaran.
Bahkan penulis mengakui menjadi Menteri yang tidak populer, yang kurang disukai atasannya. Karena dianggap terlalu keras dalam menghadapi negara adi kuasa, yang harus disikapi secara halus. Terbukti pada perioda kedua presiden SBY, ibu Siti Fadilah Suparii tidak terpilih lagi sebagai Menteri Kesehatan.
Buku KyT ditulis dengan bahasa yang sederhana seperti kita membaca sebuah buku harian. Sangat detail dari tanggal, kejadian / peristiwa, hingga hotel yang ditempati, Â jalan yang dilalui dan makanan yang tersaji.Rupanya ibu Siti memiliki hobi menuliskan setiap detil aktivitasnya, sehingga mudah untuk diolah menjadi sebuah buku.
Sayangnya sebagian buku KyT berisi betapa kontroversialnya buku pertama, sehingga penulis diminta melakukan bedah buku di banyak tempat. Di Inggris, kampus-kampus dan pesantren terkenal di seluruh pelosok Indonesia.
Buku KyT hanya lebih nenegaskan konspirasi antara negara adi kuasa yang bisa mengendalikan lembaga kesehatan dunia, turut campur dalam masalah pengiriman sample virus, keuntungan yang diperoleh perusahaan farmasi secara ekonomi, peran NAMRU 2 dan peran Bill Gates saat berkunjung ke Indonesia.
Buku pertama dan kedua tepat untuk membangkitkan semangat nasionalisme pembacanya yang seakan tertidur. Memang pada era digital ini perjuangan bisa melalui pena atau konten digital. Hampir menyerupai peran Kartini saat memperjuangkan emansipasi perempuan melalui surat-suratnya ke Mrs. Abendanon, yang kemudian dikumpulkan dan dibukukan dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Juga seperti peran Bung Karno yang harus sabar, karena memerdekakan sebuah bangsa tidak seperti membalikkan telapak tangan.
Kedua buku tulisan ibu Siti perlu diapresiasi bila memang terbukti benar dan bukan sekadar apologi dari seorang mantan Menteri yang termasuk barisan sakit hati sehingga banyak menceritakan kekurangan pihak-pihak yang berseberangan dengan pemikirannya (untold story).