Gaya hidup yang boleh disebut santai, karena anti tergesa-gesa telah diterapkan oleh salah seorang adik kelas saya di Salatiga.
Dia menerapkan gaya hidup slow living, jauh sebelum gaya hidup ini menjadi populer. Saat saya lulus kuliah, langsung melanglang buana ke Jakarta. Sebuah kota metropolitan yang super sibuk, boleh dikatakan sepanjang hari atau 24 jam. Macet dan selalu diburu tenggat waktu. Bahkan untuk mengambil pendidikan tinggi S2 tidak ada waktu, karena seringnya ditugaskan ke luar kota bahkan ke luar negeri.
Sementara adik kelas saya ini memilih karier menjadi dosen dan tetap tinggal di rumah sederhana di Salatiga. Kota tempat kita kuliah selama lima tahun.
Dengan menjadi dosen, ia telah berhasil lulus pendidikan tinggi S2 karena syarat mengajar S1 sekarang minimal harus S2.
Hidupnya cukup tenang, menikah dengan salah satu siswinya, dan membentuk keluarga kecil. Kehidupannya hanya antara rumah, kampus dan lingkungan.
Damai dan ia kenal dekat dengan beberapa adik kelas yang menjadi siswa bimbingan skripsinya. Ia bangga karena berhasil menjadi dosen yang berhasil mengentaskan banyak siswa. Tidak pernah berburu karier untuk menjadi Dekan apalagi Rektor.
Saat lmengantarkan putrinya kerja praktek, ia menyempatkan diri ke Jakarta dan kita bertemu.
Kini anak-anaknya telah lulus perguruan tinggi dan menikah. Ia pun sudah memasuki usia pensiun, meski masih dikontrak menjadi dosen paruh waktu.
Menurut pengakuannya, gaji dosen sangat kecil, namun masih cukup untuk hidup di kota kecil seperti Salatiga. Dan menurut survei Kompas, memang Salatiga termasuk diantara 10 kota yang tepat untuk gaya hidup slow living di Indonesia
Di masa tuanya, ia sudah menyiapkan tanah untuk berkebun, meski tidak terlalu luas. Memang ia harus beralih dari dosen teknik ke pertanian. Namun peralihan fungsi ini tetap dijalaninya dengan perasaan senang.
Mau menjalani gaya hidup slow living ? Bisa mencontoh adik kelas saya yang tinggal di kota Salatiga, yang damai, tenteram, tenang, dan sejuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H