Sebenarnya sulit bagi saya untuk menulis mengenai mbak Nani (sapaan saya pada Dr. Â Nani) saat beliau memutuskan membuat buku dalam rangka akhir tugasnya di TNI AL selama 38 tahun. Karena jujur saja, saya jarang ketemu beliau, paling hanya pada beberapa acara YPTD.
Namun saya merasa tertantang, karena meski baru kenal, ternyata beliau sangat ramah.
Berkenalan secara tidak resmi, pada sebuah acara YPTD. Seorang wanita yang ramah tersenyum sopan padahal saya belum mengenalnya. Merasa penasaran, saya bertanya kepada salah seorang teman, siapa dia. Ternyata dia adalah seorang perwira menengah TNI AL.
Sama sekali tidak menduga seorang berlatar belakang militer, sangat ramah, supel, dan sama sekali tidak arogan, padahal beliau sudah berpangkat Letnan Kolonel (saat itu masih Mayor).
Sebagai sama-sama pejuang literasi melalui YPTD, saya mencoba mengenal mbak Nani. Ternyata banyak sekali tulisan tentang beliau.
Sosok militer yang peduli literasi
Bertugas di militer pada kondisi damai pasti tidak di medan tempur. Namun ditugaskan di bagian pendidikan. Memiliki passion menulis, namun sekian lama belum terlaksana, karena kesibukan kerja, seperti mengajar, membuat laporan, dan membuat konsep amanat. Yang sejatinya juga sudah menulis.
Bagi mbak Nani menulis idealnya adalah kegiatan yang menyenangkan dan tidak terikat tenggat waktu. Bukan serius seperti saat membuat disertasi.
Sudah memiliki blog sejak 2013, saat mengikuti misi perdamaian PBB di Lebanon. Untuk membuat blog masih dibantu anak buahnya. Tujuannya ingin menuliskan pengalaman selama bertugas di misi perdamaian, namun ternyata blog tetap kosong, karenaÂ
Saat ingin bertanya pada anak buahnya, sudah kembali ke Indonesia Dan mulai mengisi blog saat kuliah S3 di UNJ, karena sempat mengikuti kelompok WhatsApp guru-guru. Meski berbeda jalur, karen guru-guru itu mengajar di sekolah umum, sedang mbak Nani di kalangan militer.