Kekurangannya, ilmu pelet tidak seinstant yang digambarkan dalam film ini. Dan bisa hilang setelah sekian waktu.
Kekuatan guna guna normalnya untuk membuat orang jatuh cinta, bukan untuk menyakiti atau membunuh dengan dukun seperti teluh yang menggunakan media voodoo. Tampilnya ular dan meluapnya air di kamar mandi terasa terlalu fiktif.
Juga kekuatan dukun voodoo yang mampu mendatangkan sekelompok manusia zombie saat melawan seorang kyai terasa berlebihan.
Pesan moral dari film ini adalah agar orangtua mendidik anaknya dengan bijak, jangan menina bobokan anak agar keinginannya mesti  terwujud dengan cara apapun. Akibat salah asuhan, Angel tumbuh menjadi manusia yang menghalalkan segala cara guna mencapai keinginannya. Termasuk merebut kekasih temannya, dan memaksa Roy jatuh cinta padanya.
Secara plot cerita film ini  biasa-biasa saja. Karena saya belum menyaksikan GGIM versi 1997, saya tidak bisa membandingkan mana yang lebih bagus dari kedua film ini. Rekomendasi saya terhadap film ini, boleh ditonton asal punya waktu luang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI