Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengenal Tari Klasik Bedoyo

2 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tari Bedoyo atau bedhaya adalah tari klasik yang diciptakan oleh Hamengku Buwono I. Tari ini mengisahkan pertemuan Panembahan Senopati, raja Mataram dengan Ratu Kidul. Kisah digambarkan dengan gerakan tari. Dimana Ratu Kidul mencurahkan cintanya pada raja Mataram (asmara), yang banyak ditemukan pada tembangnya. Tarian juga menggambarkan suasana batin suami istri dalam keluarga. Istri harus memahami suami dan mendukung kiprah suaminya.

Tarian dipentaskan di dekat makam dan menjelang magrib. Ditarikan selama 15 menit. Sehingga tari ini mengandung unsur mistis.

Dulu hanya dipentaskan di kalangan keraton dan ditarikan oleh  putri Raja yang masih perawan.

Bedoyo sendiri artinya penari wanita di keraton.

Pada penampilannya harus diiringi oleh gamelan asli. Penari mengenakan busana bermotif parang dan baju berwarna hijau, yang memiliki nilai sakral. Bahkan sering ada mitos bahwa tarian juga disaksikan oleh mahluk halus.Tari Bedoyo ditarikan oleh 9 orang bila dilakukan di keraton.

Jumlah sembilan ini terkait dengan Wali Songo, karena Hamengku Buwono I sudah masuk Islam. Meski pengaruh Hindu masih membekas, karena jumlah sembilan adalah sesuai dengan ajaran Syiwa. Jumlah sembilan juga merepresentasikan sembilan dewa yang menguasai mata angin (Nawasanga).

Pada perjalanan sejarah,  tari Bedoyo memiliki beberapa jenis varian, tari Bedoyo Yogyakarta, tari Bedoyo Ketawang Surakarta dan Bedayan yang lebih merakyat.

Diluar istana bisa ditarikan oleh 7 orang, bahkan 3 atau 5 orang. Busana pun boleh kreasi bebas, bila dipentaskan di luar keraton.

Pada era sekarang tari Bedoyo sudah ditarikan untuk melestarikan budaya. Memiliki beberapa koreografi tidak melulu Jawa, bahkan ada dari Bali. Bahkan di Jakarta sudah ada sanggar tari yang mengajarkan tari Bedoyo.

Kisah ini diceritakan oleh salah satu admin Koteka, Palupi Mustajab, yang belajar tarian ini di Jakarta pada webinar Koteka Talk 204. Palupi yang mantan diplomat ini, mengakui melakukan hobi menari untuk kesenangan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun