Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindari Flexing, Belajarlah Hidup Sederhana

24 November 2024   05:00 Diperbarui: 24 November 2024   06:24 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Manusia tidak tahu akan dilahirkan dalam keluarga kaya atau miskin. Demikian pula kita yang sama-sama sekolah maupun kuliah di tempat yang sama, belum tentu memiliki nasib yang sama. Si Polan yang berhasil menjadi anggota Dewan,  dapat hidup mewah, sementara si Untung masih berkutat bekerja di bagian administrasi dengan gaji UMR.

Bila tiba saatnya bagi keduanya untuk menikah atau berkeluarga, timbullah kerumitan

Bila si Untung merasa gengsi bila pesta pernikahannya tidak dilaksanakan di ballroom hotel bintang lima seperti si Polan. Maka dengan kemudahan berhutang di era saat ini, yang cukup berbekal KTP dan no. HP, dan dapat cair dengan cepst, maka si Polan berani berhutang agar prsta pernikahannya juga berlangsung di ballroom hotel bintang lima.

Saat berpesta, keluarganya bangga, terlebih si Polan dan istrinya. Wajahnya berseri-seri, namun siapa yang tahu hatinya galau, karena selalu berpikir bagaimana cara nendapatkan uang untuk mengangsur pokok hutang plus bunganya. Akibatnya si Untung makin terpuruk, karena gelap mata, bisa saja dia nelakukan kecurangan di tempat kerjanya, berhutang ke pihak lain untuk menutupi tagihan daripada dikejar-kejar penagih hutang, hingga status hutangnya menjadi lingkaran setan. Atau si Untung terlibat perjudian, karena bernafsu mendapatkan uang dengan cepat. Atau yang lebih parah lagi terlibat kejahatan, seperti merampok, menipu atau menjadi pengedar barang terlarang.

Hal-hal diatas adalah akibat negatif bila upacara resepsi pernikahan dilakukan secara berlebihan oleh si pengantin sendiri.

Keterlibatan pada  hutang untuk resepsi pernikahan yang berlebihan, atau tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang ada, juga dapat disebabkan oleh rayuan pengantin perempuan. Bisa saja pengantin laki-laki ingin resepsi pernikahan sederhana saja, sebaliknya pengantin perempuan yang memaksa untuk mengadakan resepsi di tempst mewah dan mahal. Demi alasan cinta, biasanya dengan berat hati pengantin laki-laki akan memenuhi keinginan pengantin perempuan, tentunya dengan aksi atau tindakan seperti diatas.

Juga faktor orangtua dapat juga melibatkan pengantin pada hutang. Indonesia adalah negara dengan budaya Timur, dimana faktor keluarga sering sangat mempengaruhi sebuah keluarga

Ada orangtua yang juga suka flexing, tidak mengukur kekuatan keluarga  Orangtua disini bisa orangtua pengantin laki-laki maupun orangtua pengantin perempuan.

Meski kedua pengantin, menghendaki resepsi sederhana sesuai kemampuan keuangan mereka, namun paksaan orangtua untuk mengadakan resepsi pernikahan yang mewah dapat muncul, karena faktor gengsi. Mungkin mereka dari keluarga bangsawan, keluarga mantan pejabat yang sudah pensiun, atau mantan orang kaya yang mengalami kerugian bisnis  Faktor gengsi ini bisa muncul dan memaksakan pengantin untuk berhutang.

Kasus tidak akan muncul, bila status orangtua masih tergolong tajir melintir (the crazy rich). Bisa saja resepsi mewah dibeayai oleh orangtua sehingga pengantin tidak harus terlibat hutang.

Solusinya pasangan pengantin harus benar-benar berani menyesuaikan dengan kondisi keuangannya  Jangan memaksakan berhutang untuk yang sifatnya konsumtif atau demi gengai. Karena waktu hidup mereka masih panjang, tentu mereka tidak mau kebahagiaan mereka terganggu oleh adanya hutang, yang tiba-tiba dan tidak diperhitungkan sebelumnya.

Boleh berhutang untuk hal-hal yang sifatnya sangat penting, misal untuk memiliki rumah. Itupun harus disesuaikan dengan kemampuan mengangsur. Bukan rumah mewah yang akhirnya menyulitkan mereka saat harus membayar hutang.

Untuk kebutuhan yang termasuk flexing, seperti mobil mewah atau bulan madu ke luar negeri, juga sebaiknya jangan dilakukan.

Biasakan untuk hidup secara sederhana, agar tidak melakukan tindakan yang melawan hukum. Hidup sederhana, bukannya hidup pelit. Namun hidup yang sesuai antara pendapatan dan pengeluaran.

Boleh meningkatkan taraf hidup, asalkan bisa  memperoleh pendapatan tambahan, nisal passive income, atau istri ikut bekerja.

Manusia yang terbiasa hidup sederhana, akan kuat saat diterpa bencana maupun saat mencuat karena jabatan yang meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun