Sumpah Pemuda, sebuah peristiwa heroik yang berlangsung 28 Oktober 1928. Jauh lebih awal daripada saat Republik Indonesia  kemerdekannya secara resmi diproklamasikan  oleh Soekarno-Hatta.
Pada saat itu puluhan organisasi kepemudaan dari berbagai suku, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain, berkumpul dengan satu tujuan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia.
Dalam sumpahnya, mereka bertekad untuk memiliki satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia.
Satu bangsa
Meski mereka berasal dari berbagai kalangan yang berbeda, namun mereka memikirkan kesatuan.
Mereka sama sekali tidak ingin nenonjolkan pulau asalnya, atau sukunya, atau agamanya, maupun bahasa daerahnya.
Justru karena niat mereka satu, Maka terbentuklah persatuan Indonesia. Kenapa pada kondisi sekarang sikap bersatu itu memudar ?
Pemuda sekarang dengan mudah terpecah menjadi kelompok yang eksklusif, baik berdasar agama, kesukuan atau ras, apalagi berdasar kemampuan ekonomi. Jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin makin nyata. Si kaya suka memamerkan kekayaannya, sementara si miskin hanya bisa gigit jari saja.
Kondisi sekarang diperparah dengan program marketing yang makin membuat jurang perbedaan itu makin menganga. Tempat belanja dan nongkrong yang eksklusif. Harga dan disain tempat yang cozy akhirnya membuat jarak. Yang kaya berkumpul dengan sesama kaya di mall dan gerai kopi kekinian, sementara si miskin hanya bisa berkumpul di pasar tradisional dan warung kopi sederhana.
Jelas isi kantong menjadi pembeda, antara segelas kopi seharga 40 ribu Rupiah dengan yang hanya 4 ribu Rupiah. Tempatnya juga berbeda yang satu  berkursi sofa dan berpendingin, sedang satunya hanya kursi atau bangku kayu tanpa pendingin ruangan.
Mungkin mereka masih bisa berkumpul dalam rapat senat mahasiswa di kampus atau rapat OSIS di sekolah. Namun apakah mereka masih memiliki niat yang sama ?
Memang niat yang sama harus didukung oleh sesuatu yang besar. Pada tahun 1928 pemuda-pemuda dapat bersatu karena niat ingin merdeka. Nah, sekarang mestinya pemuda-pemuda membuat niat yang sama, misal untuk memberantas korupsi.
Sulitnya, mereka yang berada di dalam keluarga yang orangtuanya korupsi, apakah berani melawan orangtuanya sendiri ?
Satu tanah air
Bangga akan tanah air bisa diwujudkan dengan berwisata ke pulau-pulau di seluruh nusantara. Saat berwisata tidak perlu merasa kecil / rendah diri, bila berwisata di dalam negeri. Yang berwisata keluar negeri jangan merasa lebih bergengsi saat mengunggahnya di media sosial  Jadi, harus menjadi kebiasaan mengunggah foto / video saat ke Danau Toba atau Borobudur, jangan mengunggah hanya saat berwisata ke Perth atau Paris saja.
Karena Indonesia memiliki panorama alam yang tak kalah menarik bila dibandingkan destinasi wisata di luar negeri. Pantai kita punya Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Raja Ampat dan Derawan. Gunung kita memiliki Semeru, Rinjani dan Sindoro-Sumbing.
Juga secara ekonomi kita harus mengembangkan UMKM agar produk dan jasanya mampu bersaing di dalam negeri maupun di pasar ekspor.
Bangga pada sikap nasionalisme, tapi jangan terlalu sempit, kita harus  mampu berhasil di kancah global.
Satu bahasa
Lalu mengenai pemakaian bahasa, meski bahasa Indonesia tetap eksis sebagai bahasa pemersaru. Namun kita dapat dengan mudah menemukan sekelompok anak muda yang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin dalam pergaulan sehari-hari. Menang ke dua bahasa ini sekarang sedang trend menjadi bahasa komunikasi global atau antar bangsa. Juga ada sekolah yang anak didiknya memperoleh nilai bahasa Indonesia  lebih rendah daripada nilai bahasa asing. Ironis ya ?
Sebailknya bahasa Indonesia tetap digunakan secara masif pada konten-konten di media sosial.
Tumbuhkan terus sikap untuk memiliki bangsa, tanah air, dan bahasa yang satu. Meski kita juga harus mampu mengenal bahasa komunikasi global serta tidak merasa rendah diri saat bertemu dengan bangsa lain baik pada pertemuan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Semangat Sumpah Pemuda meski sudah hampir 100 tahun yang lalu, harus terus melekat di hati kita  Hanya persatuan Indonesia yang akan mampu membuat negara ini kuat guna mencapai target Indonesia Emas pada 2045.
Semoga semangat Sumpah Pemuda senantiasa memacu semangat nasionalisme kita, yang disertai kepercayasn diri untuk berkiprah di ranah global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI