Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Pengelolaan Perusahaan, Belajar dari Kasus Sritex

31 Oktober 2024   17:05 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:06 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( sumber gambar: pascasarjana.umsu.ac.id)


Belajar dari kasus Sritex, Solo yang tiba-tiba dinyatakan pailit atau bangkrut sangat mengejutkan. Selama ini Sritex selalu diceritakan sebagai perusahaan textile papan atas. Produknya juga sudah diekspor ke manca negara. Produk andalannya adalah pakaian seragam militer untuk beberapa negara.

Untuk menjadi perusahaan berskala ekspor tentu tidak mudah. Tentu Sritex sudah memiliki manajemen yang tangguh.

Saya mengaku kurang mengetahui detail  kasus Sritex yang sebenarnya. Sebagai mantan orang nanajemen, saya hanya bisa menjelaskan secara umum. Hal yang menyebabkan sebuah perusahaan menjadi pailit.

Ada banyak faktor penyebab pailitnya sebuah perusahaan, baik eksternal maupun internal

A. Faktor eksternal

1. Tidak memperhatikan pesaing

Perusahaan yang kuat tetap tidak boleh lengah. Pesaing yang selalu digambarkan sebagai mitra tanding (sparring partner) harus selalu diperhatikan. Jangan terlalu takabur, bila kita lengah pesaing dapat melalui kita.

2. Bencana alam

Timbulnya bencana alam, seperti tsunami, banjir, gempa bumi, longsor, letusan gunung, dan kebakaran dapat menimbukan kerugian besar.

3. Perubahan ekonomi nasional atau dunia

Dampak kelesuan ekonomi, akibat perang, embargo, perubahan kebijakan moneter dan politik juga dapat mempengaruhi eksistensi sebuah perusahaan.

4. Munculnya pesaing baru yang sangat kuat

Pada bisnis textile kabarnya muncul pesaing baru yaitu impor yang sangat kuat. Akibatnya pelanggan banyak beralih ke produk pesaing.

B. Faktor internal

1. Kekacauan manajemen

Meski Sritex dikelola oleh profesional, masih tetap mempunyai basis perusahaan keluarga. Kekisruhan di dalam keluarga, bisa membuat bingung profesional harus memihak kepada siapa  Hal inilah yang pada buku-buku manajemen, disebut sebagai mis management atau kekisruhan manajemen.

2.Akuntansi yang buruk

Sebuah perusahaan keluarga meski sudah menggunakan perangkat lunak mahal sekelas SAP, masih dapat kisruh uga bila pemakaian untuk kepentingan keluarga tidak diperhitungkan secara transparan.

3. Tidak ada inovasi atau inovasi berlebihan

Tidak adanya inovasi akan membuat perusahaan kalah dalam persaingan bisnis. Sebailknya inovasi berlebihan, memang membuat unggul dalam produk, namun karena beaya opeeasional yang mahal / tinggi, akhirnya menimbukan kerugian.

4. Hutang terlalu besar

Faktor nomor 4 ini terkait erat dengan faktor nomor 3. Inovasi berlebihan, harus didukung oleh banyak hutang. Hutang yang terlalu besar, berakibat mengganggu aliran kas (cash flow).

5. Rencana bisnis yang salah

Tiap tahun perusahaan selalu membuat rencana bisnis (business plan). Sebuah rencana bisnis yang salah dapat merubah status sebuah perusahaan. Kesalahan ini biasanya pada saat melakukan pengamatan estimasi pasar atau riset pasar.

7. Target pasar yang tidak tepat

Perubahan generasi tentunya banyak merubah kesukaan / minat pelanggan pada suatu produk. Bila perusahaan salah memasang target pasar, akan banyak produk yang tidak laku.

8. Salah antisipasi resiko bisnis

Pada tiap bisnis sering muncul resiko bisnis. Nah, manajemen harus nampu mengantisipasi resiko bisnis dengan benar.

Faktor-faktor diatas adalah yang dapat menyebabkan sebuah perusahaan raksasa penguasa pasar tumbang.

Saat belajar di sekolah bisnis, kita selalu diingatkan akan kejayaan dan keruntuhan Nokia, Blackberry, Sony, Kodak, dan lainnya.

Semoga Sritex masih dapat tertolong, demi mencegah terjadinya PHK massal yang akan mengganggu kamtibmas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun