Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PT KAI Makin Manusiawi

24 Oktober 2024   10:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   10:03 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: kompas.com)


Sejak masih bekerja hingga setelah purna tugas, saya cukup dekat dengan kereta api.  Kereta api antar kota selalu digunakan untuk ke luar kota dengan tujuan di pulau Jawa, seperti Bandung, Cirebon Semarang, Bojonegoro, dan Surabaya. Karena tugas saya mengawasi semua kantor cabang.

Bila kebutuhan sangat penting, atau kota tujuan berada di luar pulau Jawa barulah menggunakan pesawat udara.

Berkali-kali naik kereta api antar kota normal saja, karena saya terbiasa memesan tiket jebih awal, jadi pasti mendapatkan tempat duduk.


Namun saya juga masih sempat mengalami naik kereta api yang kumuh, saat sebelum reformasi oleh pak Jonan.Bahkan saya pernah dikatakan bodoh karena selalu memesan tiket, karena orang yang mengaku pintar itu selalu naik kereta api dan duduk di restorasi tanpa membeli tiket perjalanan, hanya bayar beaya makan minum saja. Kalau petugas sedang melakukan pemeriksaan tiket, ia bersembunyi di toilet.

Meski kumuh, saya senang naik kereta api karena ketepatan waktunya. Bahkan saat pulang mudik maupun berwisata juga selalu menggunakan kereta api.

Apalagi setelah reformasi kereta api, naik kereta api sangat nyaman. Pendingin ruangan yang selalu terawat baik. Toilet  kereta yang bersih. Tidak ada pengasong naik ke atas gerbong saat berhenti di stasiun, tidak ada porter liar, dan semua penumpang selalu mendapat tempat duduk sesuai tiket, sehingga tidak ada yang tidur di koridor.

Saat sudah pensiun, perjalanan dengan kereta api antar kota tetap jadi andalan, apalagi saya yang sudah tergolong lansia mendapatkan reduksi 20%.

Hebatnya lagi, saya tidak  perlu naik kereta api executive, karena kereta api ekonomi juga sudah rapi, sehingga lebih hemat.

Selain menggunakan jasa transportasi kereta api antar kota, di dalam kota juga lebih sering menggunakan KRL atau commuter line.

Selain bebas macet, juga  ketepatan waktunya yang nemuaskan. Namun ada kendala pada jam-jam sibuk, naik  KRL jadi tidak nyaman di dalam kereta.Selain berdesakan, sikap egois penumpang jadi muncul.

Meski sudah ada himbauan, agar kursi prioritas diberikan untuk lansia, wanita hamil, wanita dengan balita, dan kaum disabilitas. Pada saat jam sibuk, saat gerbong penuh, penumpang yang sudah mendapatkan tempat duduk akan pura-pura tidur atau asyik sibuk dengan gawainya. Karena mereka tidak ada yang menegur, karena polsuska tidak dapat lewat.

Meski kondisi KRL sangat parah pada jam-jam sibuk, saya memiliki kesan mendalam pada PT KAI karena telah membina karyawannya dengan baik.

Pernah suatu hari di dalam gerbong yang penuh sesak, dalam perjalanan dari stasiun Sudimara ke stasiun Tanah Abang, saya hampir jatuh pingsan. Mungkin karena kekurangan oksigen.

Polsuska sangat sigap menolong, mencarikan tempat duduk, dan saat tiba di stasiun Tanah Abang, sudah muncul polsuska lain dengan kursi roda. Saya akan dibawa ke yankes di stasiun.

Saya mengucapkan terimakasih, tidak perlu kursi roda dan tidak perlu ke yankes. Saya sudah memutuskan untuk kembali saja ke stasiun Sudimara.

Suprisenya, saat saya turun di stasiun Sudimara sudah ada polsuska lain dengan kursi roda pula.  Rupanya mereka sudah saling berkomunikasi. Karena saya sudah cukup fit, saya dengan halus menolak layanan ini, dan pulang ke rumah seperti biasa.

Dengan peristiwa ini, saya sangat salut atas kesigapan karyawan PT. KAI. Mereka benar-benar  melakukan layanan terbaik bagi pelanggannya. Saya juga salut bila melihat polsuska bersedia menggandeng kaum disabilitas yang bepergian sendiri.

Untuk masa depan PT KAI agar lebih baik lagi layanannya, hendaknya:

1. Menambah jumlah kereta atau gerbong pada jam-jam sibuk, baik pagi atau sore.

2. Membatasi penumpang berdiri secukupnya. Minimal polsuska masih dapat bergerak. Hal ini guna mengatasi penumpang kekurangan oksigen, mencegah terjadinya pelecehan seksual, dan aksi tak terpuji pencopet.

3. Polsuska sering berkeliling gerbong dan menegur penumpang muda yang duduk di kursi prioritas.

4. Mengoperasikan KRL 24 jam agar pekerja shift malam masih dapat naik kereta api. Tentu saja waktu keberangkatan bisa diatur lebih jarang.

5. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan di dalam gerbong serta di stasiun.

  6..Memelihara secara rutin fasilitas stasiun, seperti toilet, lifi dan eskalator.

  7.  Mempercepat pembangunan jalan antara peron dan gerbong kereta api, atau menggunakan tangga sementara yang ada pegangannya, agar memudahkan bagi lansia untuk naik dan turun.

Demikian beberapa poin harapan saya, sebagai salah satu pelanggan jasa transportasi kereta api. Semoga PT KAI dibawah pimpinan Bapak Didiek Hartantyo dapat makin baik dan profesional.

Terima kasih PT KAI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun