Awalnya, kegiatan Wayang Sampah dengan dana sendiri, tidak mendapat bayaran. Mendapat makan, akomodasi, dan ongkos transport sudah terima kasih.
Namun karena niatnya untuk memberikan edukasi pada orang lain mengenai pentingnya kelestarian lingkungan, maka tetap dilakukan dengan tanpa pamrih.
Namun secara bertahap, Wangsa mulai dikenal, sehingga sering mendapat penawaran pentas, bahkan dari Kementerian.
Karena makin dikenal, Wangsa pernah mendapat hibah dari Kementerian Dikbud (sekarang Diknasbud dan Ristek). Hibah ini untuk beaya melakukan pertunjukan.
Suatu saat seorang teman menyarankan untuk mengikuti kompetisi musik berkelanjutan pada program "Music Cities". Maka dibuatlah satu album musik dan berhasil masuk nominasi. Maka, Wangsa mulai memperoleh penghargaan. Hingga sekarang tidak kurang 9 awards pernah diraihnya.
Pernah memperoleh grant dari Bagong Kusudiardjo yang menghasilkan lakon Operasi Sampah Plastik. Memproduksi film bersama Garin pada workshop Indonesia Kaya yang dikombinasi dengan tarian dengan memilih lokasi di TPA Putri Cempo, Solo.
Selama pandemi, kegiatan berhenti dan baru aktif lagi tahun 2021.
Wangsa pernah pentas di Bandung, Jakarta, Filipina, Thailand, dan Spanyol.
Wangsa selalu mempunyai program setahun sekali mengadakan festival keliling ke desa-desa.
Bahkan kini, Pacitan, Pati, dan Karanganyar telah memiliki gamelan dari sampah kaca.
Kegiatan paling akhirnya adalah pentas di Taman Budaya, Jogja disponsori Diknas dan program sanitasi di UGM, Jogja. Karya terbaru dari Wangsa adalah lakon Buto Cempo.