Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Jenang Legenda pada Sebuah Sudut Pasar Beringharjo

12 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:11 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenang Legenda (dokpri)


Jenang bagi masyarakat Solo dan Jogja adalah identik dengan bubur.  Kuliner ini berasal dari budaya sejak kerajaan Hindu, Budha, bahkan era Wali Songo.

Jenang adalah kuliner Jawa yang berbahan baku  beras ketan, dan sering dihadirkan pada acara hajatan, dari mulai selamatan ibu hamil, bayi yang baru lahir, pernikahan, selamatan orang meninggal, acara adat, dan keagamaan.

Jenang memiliki simbol filosofis yang dipercaya sebagai ungkapan rasa syukur. Jenang disukai karena citarasanya yang enak, manis dan gurih.

Terdapat empat jenis jenang di gerai mbok Darmi yang setia melayani pelanggannya sejak 1998 bersama satu mitranya / keluarganya. Keduanya dengan sigap melayani permintaan santap di tempat (dine in) maupun untuk di bawa pulang (take away).

Jenang Legebda (dokpri)
Jenang Legebda (dokpri)


Tempatnya sederhana, di salah satu sudut pasar Beringharjo, Jogja.  Bagi yang santap di tempat hanya duduk di atas kursi plastik di depan mbok Darmi.

Ke empat jenis jenang itu asalah jenang mutiara, jenang sumsum, jenang wajik, dan jenang biji nangka.

Jenang sumsum atau bubur sumsum yang lazim disebut jenang putih, terbuat dari beras ketan dan beras putih yang disantap bersama gula merah cair dan santan. Filosofinya sebagai simbol kebersihan hati. Biasanya disajikan bersama jenang merah atau jenang abang. Dan sering muncul pada upacara pada bulan Suro.

Mbok Darmi hanya menyediakan jenang sumsum saja, tanpa jenang merah, karena hanya untuk konsumsi bukan untuk acara adat.

Jenang kedua adalah jenang biji salak atau dikenal sebagai jenang candhil atau grendul. Terbuat dari tepung ketan dengan gula merah. Biasa disajikan berbentuk bulat seperti biji salak. Supaya tambah wangi dicampur dengan buah nangka. Disantap bersama santan dan gula merah cair  Bila digigit terasa kenyal, jadi jangan kawatir akan sekeras biji salak sebenarnya.

Jenang ketiga adalah jenang wajik. Sebenarnya wajik adalah kuliner khas Magelang. Wajik sering digunakan sebagai suguhan, hantaran, atau dijual sebagai jajan pasar berupa kue basah. Namun pada jenang wajik disajikan berupa bubur, dengan citarasa legit dan manis. Warnanya coklat karena pengaruh gula merah. Juga disajikan dengan santan dan gula merah cair

Adapun jenang terakhir adalah jenang mutiara. Juga disajikan bersama santan. Tampilannya berwarna merah.

Bila kita memesannya di gerai mbok Darmi, bisa per satuan jenang maupun campur bila kita ingin menikmati keempatnya.

Jenang memang memiliki filosofi yang dalam dalam acara adat. Namun juga dapat disantap sebagai jajanan di pasar Beringharjo.

Bagi yang ingin mencobanya, datanglah mulai jam 9, tapi jangan terlalu sore, karena biasanya jam 12-13 sudah habis.

(Yogyakarta, 11 Oktober 2024).

Selamat berburu kuliner di Jogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun