Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perioda Terberat dalam Kehidupan

8 Oktober 2024   10:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   10:15 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bila usia 50+ adalah perioda berat dalam kehidupan, karena terjadi perubahan dari masa kerja ke masa pensiun. Bahkan banyak yang tidak siap, sehingga mengalami stress, depresi hingga gila.

Memang perioda ini sulit, di saat kita masih bugar dan sibuk bekerja, tiba-tiba turun vonis dari divisi HR bahwa kita harus berhenti bekerja. Bagi yang TNI / Polri atau PNS masih menerima uang pensiun, meski berbeda sekali nilainya dengan biasanya. Yang lebih parah adalah karyawan swasta, karena tidak menerima uang pensiun. Paling hanya mencairkan JHT dari BPJS Ketenagakerjaan. Karyawan yang digabungkan ke program JP masih menerima uang pensiun. Paling yang diharapkan adalah uang jasa atau terima kasih dari perusahaan, yang nilainya tidak sama antara perusahaan satu dengan lainnya.intinya pasti terjadi perubahan gaya hidup.

Yang paling beruntung adalah mereka yang rajin menabung atau berinventasi. Mereka dapat menikmati uang tabungan atau passive income dari investasi.

Namun ada perioda yang boleh disebutkan sebagai perioda terberat, yakni perioda usia 70 hingga 80 tahun.

Jadi berbagialah bila kita sukses mencapai usia 75 tahun atau bahkan sanggup mengakhiri usia 80 tahun, karena berarti kita telah berhasil melewati perioda terberat dalam kehidupan. Bila kita dapat mencapai usia 80+ atau 90+ anggaplah itu sebagai bonus.

Kenapa perioda 70-80 tahun disebut perioda terberat dalam kehidupan?

Karena pada perioda uaia ini kita akan mengalami pelemahan fungsi tubuh atau percepatan penuaan, bakal sering sakit ringan atau berat  Dan kita sudah benar-benar menyandang status lansia seutuhnya.

Bila diidentikan dengan mesin, mesin yang masih bisa dioperasikan, tidak rusak, namun sudah berjalan lamban.

Kita bagaikan matahari yang sudah hampir terbenam (sunset). Hal ini diperkuat Dengan data statistik bahwa usia rata-rata kehidupan manuaia  Indonesia adalah 72 tahun.

Karena fungsi otak sudah menurun, dan kelenturan anggota badan sudah sangat berkurang, kita akan sering memperoleh kecelakaan, dari sekadar pusing, tersedak, terantuk, atau terjatuh. Akibatnya bisa berbeda-beda pada tiap manusia.

Secara hubungan sosial dan kekerabatan, kita akan banyak mengalami kehilangan, yang membuat kita ketakutan menyongsong masa tua.

Pasangan hidup suami atau isteri, teman sekolah / kuliah / kerja, relasi, tetangga seumuran yang meninggal dunia. Berakibat lingkaran sosial makin sempit dan berdampak kesepian.

Masih ada lagi dampak penuaan yang timbul, bisa  mata rabun, pendengaran berkurang, pikun atau amnesia dan hilangnya kemampuan mandiri, sehingga harus didampingi anak / perawat guna melakukan aktifitas sehari-hari.

Usia tua memang pasti kita alami. Bila kita sukses mencapai paruh waktu (usia 75 tahun), kita boleh merasa bangga dan merasa tenang, berarti kita telah berhasil melewati setengah perioda paling berat.

Kita sudah terbiasa untuk tidak tidur saja, rutin berolah raga, mengkonsumsi makanan lebih sedikit dan tetap menjalankan aktivitas guna mengusir kesepian

Apalagi bila kita mampu mencapai usia 80 tahun, artinya kita adalah manusia hebat, karena kita telah lulus melewati perioda terberat dalam kehidupan.

Selama badan masih kuat, dan finansial mendukung, nikmatilah kehidupan, dengan berwisata melihat keindahan dunia. Karena kita saat meninggal tidak akan membawa harta  Bagi yang kurang beruntung secara finansial cukup mengenang masa-masa sulit yang berhasil kita lalui.

Yang terpenting nikmatilah hari ini, jangan menyesali masa lalu, dan terlalu memikirkan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun