Sebagai mantan profesional keuangan yang selalu sibuk dengan seminar dan melakukan audit laporan keuangan perusahaan publik, aku hanya menekuni hobiku nenulis. Itulah sebabnya aku lebih senang menyendiri, agar ide  menulis dapat mengalir deras. Kebersamaan di aula kupikir hanya basa basi belaka untuk mengusir kesepian penghuni panti.
Dalam kesendirian aku sering melamun dan teringat masa-masa saat aku masih menjadi ibu muda. Yang tiap hari mengantar dan menjemput anakku ke sekolah. Kuingat persis, aku selalu berpegangan pagar pintu sekolah, karena penjemput dilarang memasuki area  sekolah. Itu peraturan dari sekolah.
Betapa senangnya saat melihat anakku keluar dari pagar pintu sekolah. Aku nenyambutnya dan pulang bersama ke rumah.
Sore ini, kejadian itu terulang kembali. Seolah  masa berputar. Tapi aku bukan memegang pagar pintu sekolah. Melainkan memegang pagar pintu panti jompo. Dan aku tidak menunggu anakku keluar dari kelas, namun aku sedang menunggu kedatangan anak dan cucuku untuk mengunjungiku.
Sebenarnya, bisa saja aku menghubungi mereka melalui telepon atau pesan singkat, tapi aku takut mengganggu aktivitas mereka.
Langit makin gelap, sore sudah berganti malam. Lampu-lampu sudah mulai dinyalakan, akupun tersadar penantianku sore ini sia-sia. Tidak ada yang datang berkunjung.
Aku pun dengan lunglai menyeret kakiku yang renta ke ruang makan, karena waktu makan malam sudah tiba.
Hidup memang selalu berputar. Namun tujuan tidaklah selalu sama. Biarlah kesepian ini berlalu bersama kalimat-kalimat dalam tulisanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H