Kedua kalinya saya mengunjungi Dieng. Sekitar 40-45 tahun yang lalu, saya sempat mengunjungi Dieng pertama kalinya.
Saat itu sedang liburan kuliah, setelah selesai menempuh ujian semester, kami berenam teman satu kost pergi melepaskan penat dengan berlibur ke Dieng. Saat itu yang kami kunjungi hanya kawah Sikidang, Telaga Warna, dan kompleks candi Arjuna.
Kami tidak menginap, karena kantong mahasiswa hanya cukup untuk beaya transportasi  pulang pergi dari Salatiga ke Dieng.
Kali ini saya pergi bersama mantan teman-teman SMA dari Jakata dengan dua mobil, masih ditambah tiga mobil dari Semarang. Cukup ramai sekitar 40 orang.
Kami menginap di Hotel Horizon Dieng. Setelah menerima kunci hotel, kami segera beristirahat di kamar masing-masing.
Malam harinya setelah mandi, kami menuju rumah makan Dewani di Wonosobo untuk makan malam. Kenapa harus ke Wonosobo, karena di Dieng belum ada tempat kuliner yang boleh disebut enak.
Di Dewani ada ruang makan privat yang dapat digunakan untuk gathering. Tersedia penyanyi dan organ tunggal pula. Jadilah kami yang sudah lansia ini kembali muda, menyanyi dan menari.
Jam 21.00 kami  kembali ke hotel untuk beristirahat, agar besok bisa bugar mengeksplorasi Dieng.
Sebagian peserta menyempatkan diri ke rooftop hotel untuk melihat sunset, lalu turun ke ruang makan untuk makan pagi di hotel.
Jam 8.00 kami betangkat menuju lokasi penyewaan jeep ("Jeep tour"). Satu jeep berisikan satu sopir dan empat penumpang  Dulu jeep tour ini belum ada, fasilitas transportasi ini selain menghidupkan perekonomian warga, juga memudahkan wisatawan mengunjungi destinasi wisata di kawasan Dieng yang lokasinya cukup menyebar.
Mungkin jeep tour ini terinspirasi dari volcano tour di Merapi, Yogyakarta. Dengan sepuluh jeep beriringan kami mengunjungi destinasi wisata di kawasan Dieng. Mengingat kondisi fisik kami yang rata-rata sudah berusia 65+, maka kami memilih tour setengah hari.
Kami mengunjungi Bukit Pandang Ratapan Angin, yang dari ketinggian dapat melihat Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Lalu ke kawah Sikidang. Kini kami harus melewati gerai-gerai UMKM sebelum mencapai lokasi kawah. Terakhir, kami mengunjungi kawasan Candi Arjuna, kawasan candi Hindu yang terdiri dari 5 candi. Sebelum memasuki area candi, kami harus mengenakan kain, mirip tata cara mengunjungi candi di Bali.
Tengah hari, kami kembali ke lokasi penyewaan jeep, sekalian makan siang dengan menu utama mie ongklok dan es carica, kuliner khas Dieng.
Sebelum kembali ke hotel, kami sempat mampir ke Telaga Menjer, salah satu destinasi wisata kawasan Dieng.
Malam harinya, kami makan malam kembali di Wonosobo. Kali ini di rumah makan jadul "Asia". Yang juga nenyediakan oleh-oleh Wonosobo, aeperti opak, roti Bagelen, dan lain-lain.
Esok paginya, setelah makan pagi di hotel, kami langsung check out. Mampir ke salah satu penjual oleh-oleh Wonosobo, lalu mampir ke Sigandul Coffee Shop. Gerai kopi ini selain menyajikan kopi dan camilan, seperti tempe kemul, juga memiliki fasilitas outdoor berupa jembatan kaca dan kawasan untuk melihat kemolekan tanah Kedu dan berselfie ria.
Sebelum berpisah, kami makan siang di Temanggung. Kali ini juga di warung jadul "Liem". Lalu mampir ke Semarang, kota masa kecil kami.
Selanjutnya kami langsung kembali ke Jakarta, dan tiba di rumah cukup larut malam.
Pesan bagi pembaca yang mau berlibur ke Dieng carilah hari biasa, guna menghindari macet pada jalanan sempit yang curam. Jangan sekali-kali pergi pada masa liburan panjang. Kami mendapat informasi macet dimana-mana.
Dieng memang sudah tertata lebih indah, yang masih sama hanya kesejukannya, dengan panorama tiga gunung, Sindoro, Sumbing, dan Prahu. Memang belum semua destinasi wisara sempat kami kunjungi, namun kami bangga mengunjungi Dieng, yang membuktikan tag line wisata "Wonderful Indonesia".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H