Kalau pada masa perjuangan memperebutkan kemerdekaan, yang disebut pahlawan atau hero adalah mereka yang berjuang, mengangkat senjata, mempertaruhkan harta dan nyawa.
Zaman now, memang ada hero tapi hanya ada dalam film-film. Contohnya super hero. Namun sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari ada juga yang disebut local hero, yaitu mereka yang berjuang  untuk memajukan sesuatu yang digelutinya. Memang secara konsep berbeda dengan pahlawan di masa perjuangan, yang berjuang tanpa pamrih. Kalau pahlawan masa kini meski ada bersangkutan dengan cuan, namun yang utama adalah semangatnya untuk memperjuangkan kemajuan bidang yang ditekuninya.
Saya melihat seorang Kompasianer (meski tidak terlalu aktif) yang pantas disematkan gelar local hero dibidang pariwisata. Kompasianer itu adalah Ira Lathief.
Dari awal, dia sudah berkecimpung di bidang wisata. Awalnya bekerja bersama sesama pemandu wisata, hingga akhirnya memberanikan diri mendirikan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ).
WKJ pada awalnya bertujuan memperkenalkan Jakarta lebih dekat kepada warganya. Banyak warga Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, hanya melintas saja, tetapi kurang memahami secara detil yang terdapat didalamnya. Apalagi yang terdapat di jalan / gang kecil yang sulit dilalui kendaraan atau susah parkir.
Caranya dengan mengadakan jalan-jalan atau tour dengan jalan kaki (walking tour). Jalan-jalan dengan jalan kaki memang sudah banyak dilakukan di luar negeri.
Pada mulanya menyasar, kota Jakarta dengan budaya. Untuk budaya lokal, memperkenalkan budaya Betawi dengan mengunjungi Setu Babakan, ikon-ikon Jakarta, seperti Monas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Pantai Ancol, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Kota Tua. Yang lalu diperluas dengan menjelajah taman-taman di Jakarta, kawasan Sudirman-Thamrin, Pantai Indah Kapuk (Pancoran PIK), Kelapa Gading, Cikini-Gondangdia, kawasan jalan Sabang, kepulauan Seribu, dan wisata makam. Untuk wisata makam pernah mengunjungi mausoleum maupun makam Belanda yang tertata rapi.
Budaya asing juga dirambah, misal China di Glodok, Korea di kawasan Senopati, Jepang di Lintas Melawai, Belanda di Kota Tua, India di Pasar Baru, Arab di Pekojan dan Cikini, dan Portugis di Jakarta Utara.
Wisata religi yang bernafaskan toleransi juga sering diadakan. Mengunjungi lokasi multi agama, agar peserta terhindar dari eksklusivitas, dari masjid, gereja, vihara, klenteng dan pura.
Pada hari-hari libur nasional juga sering diadakan tour ke tempat-tempat bersejarah. Misal kemerdekaan, mengunjungi museum-museum perjuangan, pahlawan mengunjungi Taman Makam Pahlawan, juga museum-museum tematik (batik, wayang, uang).
Program wisata tidak melulu jalan kaki, kadang di variasi dengan berlari maupun naik sepeda (gowes). Bahkan kunjungan ke museum di malam hari.
Untuk memperkenalkan kuliner manca negara, juga sering diadakan mengenal dan mencicipi kuliner Afrika, TexMex, Timur Tengah, Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, dan masih banyak lagi lainnya. Juga mengunjungi sentra-sentra kopi, teh, bahkan kafe-kafe yang unik, seperti di kapal, kantor pemerintah, dan hidden gem lainnya.o
Program wisata diselenggarakan berbayar maupun probono, berupa  giveaway. Bahkan kalau ada sponsor, peserta malahan mendapat produk gratis dari sponsor. Timbal baliknya hanya menyebarkan jalannya acara melalui sosial media.
Selain mengkhususkan tentang kota Jakarta, juga sudah meluas ke kota-kota satelit Jakarta, misal Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Bahkan kini sudah diperluas ke ranah  nasional, seperti ke Bandung, Baduy, Rengasdengklok, Tasikmalaya, Sukabumi, Borobudur, Dieng, Lasem, Sumba, dan Raja Ampat.
Bahkan tour ke luar negeri sudah pernah diadakan, misal ke Turki, India, China, dan beberapa destinasi lainnya.
Ada baiknya menambahkan wisata kuliner beserta cara memasaknya, seperti yang telah banyak dilakukan di luar negeri. Sambil memperkenalkan kuliner nasional, misal sate, soto, rawon, rendang, atau jajan pasar: bisa diadakan bersama kelas memasak. Pasti akan disukai orang lokal maupun wisatawan luar negeri  Apalagi WKJ juga sudah memiliki program tour berbahasa asing, seperti Inggris, Mandarin, Spanyol, Belanda, dan lainnya.
Disini sangat jelas, misinya yaitu mengenalkan wisata, baik kota Jakarta, nasional, maupun global.
Tentunya masih banyak local heroes di bidang lain. Saya cukup menuliskan satu local hero di bidang pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H