Film aksi ini tidak diputar di bioskop, namun hanya dapat ditonton melalui media streaming adalah "13 Bom di Jakarta".
Film aksi besutan Visinema ini menggandeng sutradara kenamaan, Angga Dwimas Sasongko. Naskah ditulis oleh sutradara bersama M. irfan Ramli.
Meski film ini bukan merupakan kisah nyata namun telah membuktikan bahwa sineas nasional telah mampu membuat film aksi yang lengkap. Kisahnya melibatkan terorisme, crypto, masyarakat yang kecewa dengan pimpinan yang korup, pengkhianatan, dan korban ketidak adilan di masyarakat.
Penulis berterima kasih kepada KOMiK, komunitas pecinta film Kompasiana yang telah membagikan voucher nonton dalam rangka perayaan ulang tahunnya yang ke 10.
Meski film ini telah dirilis pada Desember 2023, namun masih terasa aktual disaksikan pada bulan Agustus 2024.
Film aksi ini mengisahkan tentang sekelompok warga yang kecewa pada pemerintah dengan pimpinan yang korup. Banyak ketimpangan di masyarakat yang menderita akibat ulah investor bodong, namun tidak dihukum oleh pemerintah secara setimpal. Tumpukan kekecewaan ini berdampak munculnya ide untuk membuat kekacauan di Jakarta. Adalah Ismail (Rio Dewanto) seorang bekas tentara elite yang istrinya terimbas investor bodong, merencanakan serangkaian teror di Jakarta, yang didukung oleh gerombolannya yang berasal dari orang-orang yang menderita akibat ketidak adilan dalam sistem pemerintahan.
Teror yang dilakukan adalah akan meledakkan 13 bom yang telah disebarkan di Jakarta tiap 8 jam, bila tuntutan gerombolan dalam mata uang crypto tidak dipenuhi.
Peristiwa teror dimulai dengan mobil pemerintah yang ditembak dengan bazooka ditengah keramaian.
Ancaman peledakan bom di 13 titik ini meresahkan masyarakat, sehingga Badan Kontra Terorisme (ICTA) didaulat oleh Presiden untuk melawan teror ini dengan menangkap pelakunya.
Dua anak muda ahli crypto (uang digital), William (Ardhito Pramono) dan Oscar (Chicco Kurniawan) diduga terlibat. Akibatnya mereka mencoba mencari gerombolan, namun justru terjebak sehingga tertangkap, dan disekap oleh gerombolan. Keduanya bersimpati pada aksi teroris, namun tidak setuju dengan adanya korban.
Beberapa bom sempat diledakan , salah satunya di bandara. Pimpinan ICTA curiga telah terjadi penyusupan di institusinya. Akhirnya berhasil menangkap pelakunya dan mengetahui sarang teroris.
Sekelompok personil ICTA langsung bergerak menuju lokasi teroris, sehingga terjadi adegan tembak menembak yang seru. Sementara dua anak muda ahli crypto juga berhasil diselamatkan dan berhasil menon aktifkan 12 bom. Tinggal 1 bom yang ditentukan oleh Ismail yang belum dapat dijinakkan.
Bagaimana akhir cerita film ini ? Mampukah ICTA menangkap Ismail hingga bom ke 13 berhasil dijinakkan ?
Film aksi ini cukup bagus, aksi peran pemainnya cukup matang. Konflik yang terjadi dapat ditampilkan dengan lugas. Scoring atau pemilihan musiknya yang digawangi Abel Urray juga menarik. Ketegangan berhasil diciptakan, sehingga film ini layak ditonton.
Film aksi ini juga menampilkan Ganindra Bimo, Luthesa, Putri Ayudya, Niken Andjani, dan Chicco Jerikho.
Silakan menyaksikan sendiri film ini melalui bioskop online. Selamat menyaksikan.
Penilaian pribadi: 7/10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H