Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hindari atau Kurangi Gula dan Garam

4 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 4 Agustus 2024   10:05 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: pngtree)


Saat sebelum menderita sakit, saya tergolong pemburu kuliner. Saat tiba di suatu tempat, entah di luar negeri maupun di dalam negeri, di luar kota maupun di dalam kota. Setelah urusan bisnis atau organisasi beres, pasti selalu berburu kuliner.

Hal ini disamping untuk kepuasan pribadi juga untuk dibagikan kepada orang lain berupa konten tulisan.

Namun setelah saya terkena penyakit pada awal 2020, saat menjelang pulang dari rumah sakit, dokter berpesan "Jagalah yang dimakan. Meski kurang enak, sebaiknya hindari atau kurangi gula dan garam."

Memang dua item ini termasuk bahan yang sering ditemukan di dalam masakan dan minuman (khususnya gula). Dua item ini sanggup memperkaya rasa, sehingga masakan terasa lebih nikmat saat melalui lidah. Namun berbahaya saat sudah diuraikan di dalam tubuh, dan masuk ke dalam darah.

Kelebihan gula cenderung mengakibatkan kita mengalami diabetes, sedangkan kelebihan garam, cenderung membuat tekanan darah menjadi tinggi.

Itulah sebabnya, makanan di rumah sakit cenderung hambar, karena mengurangi penggunaan gula dan garam. Meski kurang terasa enak, kini harus berlangganan catering sehat yang selalu menetapkan konsep mengurangi gula dan garam.

Misalnya, tidak lagi menyediakan nasi putih, tetapi digantikan oleh nasi merah atau coklat, agar mengurangi kadar kandungan gula. Untuk keperluan karbo hidrat, nasi juga sering disubstitusi dengan non nasi, seperti kentang, ubi kayu, ubi rambat, atau waluh

Masakan juga menerapkan sedikit garam, guna menjaga stabilitas tekanan darah.

Camilan atau snack pun harus dijaga, sebaiknya menghindari roti, kue, cookies karena kandungan gula tinggi (yang manis), misal cookies, donut,emping manis, wafer, maupun kandungan garam tinggi (yang asin), misal emping, asin, keripik singkong asin.

Selain makanan, kita juga patut berhati-hati dengan minuman. Bila di rumah banyak memilih air putih. Sedangkan bila makan di luar rumah (saat bersosialisasi dengan teman) juga berusaha mendapatkan air putih atau paling tidak teh tawar atau kopi hitam tanpa gula maupun cream. Hal ini karena minuman dalam kemasan baik yang bersoda maupun tidak, ditengarai sangat tinggi kandungan gulanya.

Bila kita masih menyenangi rasa manis, sebaiknya jangan menggunakan gula pasir, namun gunakanlah gula nabati, yaitu gula aren (palm sugar).

Itulah sebabnya, sebaiknya BPOM segera menerapkan peraturan agar pada kemasan makanan dan minuman selalu disertakan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, khususnya gula dan garam.

Dengan kita selalu mampu mengerem mengkonsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan gula dan garam tinggi, minimal mengurangi, kita akan beroleh tubuh yang sehat. Meski secara rasa akan terasa kurang enak, seperti kondisi umum.

Selain menghindari dan mengurangi gula dan garam, harus diikuti dengan aktivitas olah raga, agar membentuk tubuh yang bugar.

Hingga ada istilah kesehatan hindari yang putih (gula dan garam), putih yang baik hanya air putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun