Hal ini diimplementasikan dengan gila kerja, bekerja hingga 80 jam per minggu, bekerja tanpa upah lembur, hanya berkumpul dengan boss dan teman kerjanya sampai larut malam, sehingga kita sering melihat anak muda tertidur di kantor, di stasiun kereta api atau di jalanan.
Yang lebih ekstrim lagi meninggal di tempat kerja (karoshi), akibat kelelahan karena bekerja melebihi kemampuannya.
Kebiasaan anti sosial ini diperparah lagi dengan unculnya sifat menyendiri di rumah, enggan berkomunitas (hikikomori).
3. Ekonomi cenderung menurun
Munculnya pesaing negara lain dengan harga yang lebih murah. Anggaran jaminan sosial yang membengkak, akibat naiknya jumlah lansia.
Hal ini yang membuat perekonomian Jepang cenderung stagnan dan menurun. Karena pemasukan berkurang, akibatnya hutang Pemerintah makin besar.
Warga Jepang juga sangat berhemat, rajin menabung, hingga perekonomian menurun karena tidak terjadi perputaran uang. Tidak ada transaksi (konsumtif), tidak ada investasi, tidak ada kaum muda mau berwiraswasta, dan pemasukan pajak menurun terus.
Wajah kehidupan sosial di Jepang ini perlu diwaspadai, agar  jangan ada kesalahan kebijakan dari Pemerintah. Mari rencanakan yang lebih baik untik kemajuan bangsa kita di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H