Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Asyiknya Nobar Euro 2024 di Desa Sukatani

28 Juli 2024   05:00 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:44 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Euro 2024 (sumber gambar: c8ptaanalyst.com)


Gegap gempita perebutan piala Euro 2024 telah mereda, dengan tampilnya tim Matador Spanyol sebagai jawara setelah menumbangkan tim Inggris 2-1.

Tidak hanya di kota-kota besar, seperti Jakarta atau Bandung yang berlangsung nonton bareng (nobar), namun di desa Sukatani, atau tepatnya di kampung Gandaria, desa Sukatani, Kabupaten Tangerang, provinsi Banten juga berlangsung nobar sepakbola.

Kalau Kompasiana pernah mengadakan nobar sepakbola perebutan pra Piala Dunia saat tim Merah Putih menghadapi tim Irak di O2 Corner, Palmerah, maka di desa Sukatani nobar diadakan di dekat pabrik penggilingan beras yang sudah berusia ratusan tahun.

Metodenya juga berbeda, kalau Kompasiana menggunakan relevisi layar lebar. Di desa Sukatani karena pengunjungnya banyak harus menggunakan layar lebar. Dari siaran streaming yang dilihat melalui notebook, lalu dipancarkan lagi ke layar lebar, dengan menggunakan overhead proyektor. Jadi seperti saat nonton bioskop misbar.

Memang desa Sukatani adalah penghasil beras berkualitas. Itulah sebabnya masih tersisa penggilingan beras di sana.

Irvan (dok: Koteka)
Irvan (dok: Koteka)


Bincang-bincang keseruan nobar Euro 2024 di desa Sukatani diceritakan oleh Irvan Maulana, seorang Kompasianer yang warga desa itu, dan kebetulan penggemar sepak bola dan bulu tangkis pada webinar Koteka Talk 185 yang dimoderatori oleh Gaganawati Stegmann, selaku ketua Koteka, komunitas traveler Kompasiana.

Gana (dok: Koteka)
Gana (dok: Koteka)

Desa Sukatani letaknya sekitar 1-2 jam perjalanan dari bandara Soekarno Hatta, bila ditempuh dengan kendarasn umum atau kendaraan pribadi roda empat atau roda dua  Bisa lebih cepat bila melalui tol, dan keluar pintu tol Cikupa.Saat ini sarana transportasi masih ditingkatkan melalui upaya perbaikan jalan.

Saat ini pekerjaan sebagian besar warga desa Sukatani adalah bertani dan dagang. Jadi jangan heran bila disana terdapat area kuliner berjejuluk Grand Batavia, yang menjual ayam geprek, toge goreng, kopi kekinian, es teh Solo dan lain-lain.

Gegap gempita Euro 2024 juga melanda desa yang dekat dengan bandara internasional ini. Bila di kota besar sering diadakan nobar sepak bola, maka di desa Sukatani juga tidak mau ketinggalan.

Dengan memanfaatkan kelompok pesan singkat WhatsApp, para pemuda desa mengumumkan adanya nobar sepak bola.

Sebgian penonton duduk di kursi atau bangku yang tersedia, sisanya duduk lesehan di atas tikar.

Pengunjungnya sekitar 100-150 orang, termasuk pengunjung dari kampung sebelah. Karena pertandingan sepak bola berlangsung di Jerman, yang 5 jam lebih lambat dari WIB. Guna mengusir rasa  kantuk agar dapat menonton dengan baik, rata-rata pengunjung tidur dulu setelah makan malam, dan satu jam sebelum pertandingan bangun, lalu pergi ke lokasi nobar. Di lokasi nobar masih ditunjang kopi hitam seharga 3-5 ribu Rupiah yang dibeli dari pedagang warung yang sengaja buka.

Banyak pendukung tim Spanyol, banyak juga pendukung tim Inggris, termasuk Irvan. Itulah sebabnya secara  tersembunyi sering berlangsung taruhan kecil maupun besar. Dari mulai tebak skor, hingga siapa tim yang menang. Yang menang taruhan biasanya mentraktir makan minum di warung.

Camilan yang ada di warung paling hanya gorengan, misal pisang goreng.

Meski didominasi penonton laki-laki, tetapi ada yang sempat menangis karena jagonya kalah. Bahkan aksi pemain bola masih terus dibahas beberapa hari berikutnya, dan menjadi bahan saling meledek antara pendukung tim yang menang dan kalah.

Bila keesokan harinya harus bekerja, biasanya setelah nobar langsung tidur, dan baru bekerja mulai jam 9 pagi.

Inilah keseruan nobar sepak bola di desa Sukatani. Bagaimana di tempat Anda ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun