Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Berkenalan dengan Legenda Pembuat TTS Kompas

8 Juli 2024   05:00 Diperbarui: 8 Juli 2024   08:59 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ulang tahun Harian Kompas, induk dari Kompasiana, baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-59. Bulan Juni selain identik dengan lahirnya Pancasila, juga berkaitan erat dengan lahirnya Harian Kompas. Harian yang didirikan oleh almarhum P.K. Ojong dan Jacob Oetama ini ikut diperingati oleh Komunitas Pembaca Buku Kompas (PBK).

Ciri khas Kompas Minggu adalah adanya Teka Teki Silang (TTS) yang tiap tahun menyajikan TTS jumbo pada bulan ulang tahun Kompas.

Bagi para pelanggan Kompas, justru banyak yang mengisi TTS terlebih dulu sebelum melahap isi berita. Tahukah Anda siapa pembuat TTS tersebut?

Beruntung pada Minggu sore, 7 Juli 2024, KPB menghadirkan Dwiweko Supriyono, yang akrab disapa pak Eko, sang legenda pembuat TTS Kompas bertempat di depan Pojok Baca, Bentara Budaya Jakarta, Jakarta.

Pak Eko disebut legenda karena sudah membuat TTS Kompas sejak tahun 1980 (44 tahun). Mungkin pengelola rubrik TTS Kompas sudah berganti orang berkali-kali.

Eko memulai kisahnya di depan hadirin pecinta TTS Kompas yang hadir berkat undangan dadakan melalui melalui grup WA, bahwa ia menggemari TTS sejak masih dibangku SMP pada tahun 1970. Ia mengisi TTS untuk mengisi waktu senggangnya saat selesai menunaikan tugas sebagai loper koran.

Saat sudah diterima sebagai PNS, ia merasa pendapatannya sangat minim, maka untuk menambah pendapatan, ia harus memiliki pekerjaan sambilan.

Pada tahun 1980, Eko mulai membuat TTS. Mulai diujicobakan pada teman-teman kerja di instansinya. Dikatakan kualitas TTS buatannya sekualitas dengan TTS Kompas. Maka Eko memberanikan diri mengirimkan TTS hasil karyanya ke Kompas, dan beruntung diterima.

Eko bangga karyanya diterima oleh Kompas sebagai koran rujukan nasional.

Bagi Eko, yang membuat TTS dengan dua cara, membuat pola hitam putih terlebih dulu, lalu mulai mengisikan kata-kata ke dalam kotak kosong, barulah disusun pertanyaannya, atau pada kertas putih, dituangkan kata-kata pilihan, baru dibuat pola simetris atas bawah, kiri kanan, dan diakhiri dengan menyusun pertanyaannya.

Untuk pemilihan kata, Eko berusaha maksimal menggunakan bahasa Indonesia baku yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Eko selalu berusaha menghindari penggunaan bahasa asing atau daerah, kecuali terpaksa.

Selain kosakata, bisa juga memasukkan masalah politik, matematika, nama suku di Indonesia, nama pejabat publik, nama pemain olahraga, dan sebagainya sebagai info baru.

Inspirasi dalam membuat TTS dari membaca, sehingga memperoleh istilah-istilah baru, dengan harapan pengisi TTS dapat mengetahuinya pula.

Pekerjaannya membuat TTS makin bertambah sejak Kompas menerbitkan buku TTS Pilihan. Karena selalu menjadi best seller dan cetak ulang.

Jujur diakuinya, membuat TTS untuk Kompas Minggu jauh lebih update, sedangkan pada buku TTS Pilihan sering terjadi jeda antara saat TTS dibuat dan buku diterbitkan, misal ada pertanyaan nama Menteri, tapi Menteri baru terjadi reshuffle.

Menurut Eko, hobi mengisi TTS tidak hanya mencegah pikun, tetapi membuat orang bersosialisasi. Misal, bila sudah buntu, saat mengisi TTS dapat bertanya ke teman atau tetangga, atau sesama penggemar TTS. Sikap positif ini meningkatkan solidaritas.

Dwiweko (dokpri)
Dwiweko (dokpri)

Sebagai akhir kata, Eko berharap hobi mengisi TTS disukai tidak saja oleh generasi baby boomers, melainkan dapat terus dilanjutkan oleh generasi millenial, Z maupun Alpha.

Selesai Eko berkisah mengenai pengalamannya membuat TTS Kompas, acara dilanjutkan dengan peluncuran buku TTS Kompas Pilihan ke-23 dari salah satu manager Kompas kepada Dwiweko. Dan buku TTS Kompas Pilihan ke 23 ini sudah dapat dibeli di toko buku.

Kemudian semua hadirin main mengisi TTS secara berkelompok per payung, yang harus dikerjakan pada waktu tertentu. Terdapat 4 kelompok dan dipilih 2 kelompok sebagai kelompok tercepat dan pengisi paling tepat.

Dalam acara ini terbukti hadirin yang semula sama sekali tidak saling kenal dapat saling bekerja sama dalam mengisi TTS. Ada yang berpikir, ada yang bertanya pada paman Google.

Suasana (dokpri)
Suasana (dokpri)

Lalu acara beralih ke pengumuman Parade TTS Kompas yang diadakan dari tanggal 14-21 Juni 2024. Sebenarnya diharapkan pengirim jawaban TTS dari seluruh Indonesia, namun karena kesulitan membeli prangko di beberapa Kantor Pos, peminat menjadi berkurang. Pemenangnya dari Yogyakarta, Cirebon, dan Jakarta.

Seperti biasa, acara yang diselenggarakan oleh grup Kompas selalu memberikan kuis berhadiah, yang kali ini pemberi pertanyaan dari Dwiweko.

Acara ditutup dengan foto bersama di depan Bentara Budaya, sebelumnya hadirin diajak menghadiri acara pameran "spot on" obral buku terbitan Kompas Gramedia di O2 Corner.

Acara untuk memperingati hari ulang tahun Kompas ini dihadiri kira-kira 30 hadirin yang mempunyai hobi mengisi TTS dari semua generasi, tua hingga muda.

Tak ketinggalan dari Kompasiana juga hadir 2 orang admin dan 2 orang Kompasianer dari komunitas Kopaja71.

Selamat ulang tahun Kompas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun