Layaknya cerita-cerita silat yang sering dibaca dikala remaja, pembunuhan orang yang dicintai selalu memicu balas dendam. Sang tokoh yang ingin melakukan balas dendam, belajar silat dengan guru-guru sakti, menempa dirinya agar menjadi sakti mandraguna. Setelah kemampuan silatnya mumpuni, lalu turun gunung guna mencari musuhnya dan menunaikan sumpah untuk membalas dendam. Kepuasan terpancar dari wajah setelah melihat musuh terkapar dan dendam berhasil ditunaikan.
Ternyata saat dewasa setelah tiga tahun pacaran, Jaka tiba-tiba diputuskan oleh pacarnya. Dengan alasan diminta untuk menikah dengan pemuda pilihan orang tuanya, yang lebih kaya dan lebih mapan secara jabatan dan kedudukan.
Jaka sangat murka, ia pun bersumpah akan mencari gadis yang jauh lebih cantik dari pacarnya sekarang.
Seperti tokoh dalam carita-cerita silat yang pernah dibacanya, Jaka lalu belajar giat, sehingga dalam waktu singkat ia telah diangkat menjadi direktur pada sebuah perusahaan.
Jaka telah memiliki jabatan tinggi dan memiliki kekayaan yang pantas diandalkan, yang kira-kira sepadan dengan prestasi yang dimiliki pemuda yang berhasil mempersunting mantan pacarnya.
Disamping tekun bekerja, Jaka juga mengenal seorang gadis manis, kecantikannya biasa-biasa saja tetapi Rika sangat mendukung perjuangan karier Jaka.
Jaka pun ingat akan dendamnya, ia lalu ingin memamerkan Rika pada mantan pacarnya.
Namun ketika keinginan itu doutarakan pada Rika. Rika menolaknya, tidak baik memiliki sebuah dendam. Dendam akan membuat pikiran dan perasaan kita selalu gelisah. "Lupakan dendammu, toh sekarang sudah ada aku," kilah Rika.
Jaka berpikir keras semalaman, antara keinginan membalas dendamnya dan kebenaran ucapan Rika. Dia sudah menjadi orang sukses, sejak diputuskan oleh mantan pacarnya. Dia sudah mendapatkan Rika yang memiliki sikap baik, tidak pernah menuntut, dan segalanya lebih baik daripada mantan pacarnya dulu.
Pada pertemuan berikutnya dengan Rika, Jaka membenarkan pendapat Rika. Dengan hilangnya dendam dari pikiran dan hatinya, hidupnya terasa lebih tenang. Tak ada beban yang selalu mengikutinya.
Rika dan Jaka, akhirnya menikah dan menjadi pasangan yang berbahagia. Dendam tidak harus dibalaskan, karena dendam justru merusak kejiwaanmu. Keduanya dapat hidup bahagia, karena perasaan dendam sudah hilang, akibat ketulusan hati Rika. Inilah sebuah bukti bahwa dendam tidak mesti terbalaskan. Sebuah kebaikan, prestasi yang tinggi, dan isteri yang bijak telah diperolehnya sebagai sikap untuk menghilangkan dendam dari pikirannya.
Inilah contoh sebuah  dendam yang berbuah manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H