Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Filosofi Bakcang

10 Juni 2024   08:11 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:16 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tahukah Anda bahwa hari ini adalah saat perayaan Pehcun ? Selain ada lomba perahu naga di sungai Cisadane, Tangerang tentunya makan bakcang.

Menjelang datangnya perayaan Pehcun, sudah banyak influencer kuliner yang menginformasikan tempat membeli bakcang enak.

Bakcang adalah makanan berbahan ketan yang berisi cacahan daging, dan dibungkus daun dalam bentuk khusus, yaitu dengan empat sudut. Daging yang biasa digunakan adalah daging babi. Namun agar dapat dinikmati lebih luas, di Indonesia telah ada versi daging sapi / ayam. Selain berisi daging cincang, ada yang ditambah jamur, telur asin, lapciong / sosis, bahkan abalone.

Selain bakcang, ada pula versi halal dan untuk kalangan vegetarian, yaitu kweecang atau kicang. Berbahan dasar ketan, tanpa isi daging dan disantap dengan sirop atau gula.

Kweecang - depan ( sumber gambar : stockphoto.com)
Kweecang - depan ( sumber gambar : stockphoto.com)

Bakcang saat ini ada pula yang berbahan dasar bukan ketan, dan digantikan dengan beras (nasi), bahkan jelly.

Mengapa bungkus bakcang bersudut empat ? Ternyata ada filosofinya.

Sudut pertama, keluarga harus harmonis dan rukun hingga tua, khususnya suami istri.

Sudut kedua, rezeki datangnya dari segala arah.

Sudut ketiga, keluarga harus selalu sehat, agar tercipta suasana bahagia dan damai.

Sudut keempat, setiap usaha harus diupayakan meningkat dan berkembang, agar memperoleh kesuksesan.

Percaya ? Ambil saja sisi positifnya. Kini, bakcang dapat dinikmati kapan saja, tidak hanya pada saat perayaan Pehcun, karena sudah menjadi makanan yang bersifat umum atau sehari-hari untuk sarapan.

Hanya saja bagi yang masih merayakan festival Pehcun, terdapat ritual sembahyangan, sehingga bakcang sering hilang dari pasaran, dan harus dipesan seminggu sebelumnya agar tidak kehabisan.

Selamat merayakan Pehcun, bagi pembaca yang merayakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun