Hari ini dikalangan Tionghoa dirayakan sebagai Festival Pehcun. Perayaan Pehcun biasanya dirayakan dengan mengadakan lomba perahu naga. Perayaan ini di daerah Chinatown di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Asal muasalnya dari seorang pejabat baik hati yang dihukum mati oleh kaisar, karena terkena fitnah. Sebelum hukuman mati dilaksanakan kekaisaran diserbu musuh, hingga kekaisaran berhasil direbut musuh.
Meski kaisarnya bertindak lalim padanya, pejabat ini tetap setia pada negaranya. Daripada hidup terjajah, maka pejabat ini bunuh diri dengan cara menceburkan diri ke sungai.
Rakyat yang mendengar hal ini segera ingin menyelamatkan pejabat yang baik ini, seandainya sudah tidak tertolong jiwanya atau sudah meninggal dunia, paling tidak jasatnya dapat diselamatkan utuh, agar jangan dimakan ikan.
Maka rakyat beramai-ramai mengeluarkan perahu dan mengayuhnya dengan cepat, sambil melemparkan makanan dari ketan yang berisi daging dan dibungkus daun ke dalam sungai, agar ikan tidak menyentuh jasad pejabat baik itu.
Tak ada info, apakah jasad pejabat itu diketemukan atau tidak. Hanya peristiwa ini terus dilaksanakan tiap tahun sebagai rasa terima kasih dan hormat pada pejabat yang baik tersebut.
Keramaian ini disebut festival pehcun, yang biasa diperingati dengan lomba perahu naga dan makan bakcang.
Di Jakarta tempo dulu (Batavia), Pehcun pernah dirayakan, yaitu di Kalideres, Pasar Ikan, kanal Molenvliet (jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, sekarang di atasnya akan menjadi jalur MRT), dan kali Ciliwung (kawasan Meester Cornelis).
Pada keramaian ini banyak hiburan rakyat, seperti cokek, gambang kromong, wayang, dan lainnya. Sehingga perayaan Pehcun dinikmati tidak oleh kalangan Tionghoa saja, tetapi juga oleh kalangan Betawi.