Secara alamiah seseorang yang normal, baik pria maupun wanita pasti pernah merasakan jatuh cinta.
Tertarik pada lawan jenis di sekolah, mall, bioskop, komunitas, atau saat berolah raga di CFD.
Bila sudah jatuh cinta, perasaan selalu gundah, baru merasa senang bila ketemu dengan si dia, atau bahkan sekedar menerima chat atau panggilan telepon.
Proses jatuh cinta biasanya berlanjut hingga perkawinan, bila kedua pasangan dapat saling mengisi kekurangan, atau mau menerima kekurangan masing-masing.
Nah, setelah perkawinan berjalan 1-3 tahun, kenapa perasaan cinta seakan luntur? Bila dulu tidak ketemu sehari saja, selalu gelisah, sekarang tiap menerima telepon atau chat seakan merasa terganggu atau terlalu dipantau.
Hal ini terjadi, karena kita tidak merawat dan membangun cinta. Cinta yang dibiarkan begitu saja, kian lama kian memudar. Kalau dulu, kita selalu melihat pasangan begitu cantik atau tampan, bila tersentuh terasa ada sengatan listrik ratusan Watt, hati selalu berdebar-debar bahkan bisa membuat seseorang yang banyak bicara menjadi pendiam, pokoknya serba salah. Perasaan yang ada dulu, kini terasa tak ada lagi.
Yang kita lihat, isteri menjadi cerewet, isteri tidak menghargai suami, tambah gemuk, suami tambah ceroboh, Â suami tampak pemalas, tidak pernah memberi hadiah, yang dilakukan semua salah, dan tidak peduli lagi.Akibatnya akan muncul perasaan jengkel, muak, hingga benci.
Terlebih bila kita lalu bertanya dalam hati, apakah dia pasangan yang tepat bagiku ? Keraguan ini akan menambah keinginan untuk mencari yang lain atau yang baru.
Akibatnya kita menjadi makin terpisah, makan sendiri, nonton TV sendiri, pergi sendiri, Â karena bila berdua justru memicu percekcokan.
Unsur-unsur inilah yang menjadi penyebab lunturnya cinta. Akibatnya, kita mulai berpaling ke lain hati. Terutama dari tindakan orang-orang disekitar kita. Kasus paling banyak terjadi di tempat kerja. Dari mulai curhat, hingga pihak ketiga yang memberi perhatian lebih serta lebih menaruh hormat atau menghargai.
Â
Hal ini menjadi bibit daripada munculnya perselingkuhan, dari sekedar makan siang bersama, yang kemudian bisa berlanjut ngopi cantik, dinner, mengantarkan pulang atau ke suatu tempat, nonton, dan lainnya lagi.
Pihak ketiga terasa memberikan cinta yang hilang. Siapa yang salah disini? Sebenarnya, tidak ada yang salah, hanya proses memberi dan menerima.
Yang salah justru kedua pasangan awal, karena keduanya tidak merawat cinta. Sesudah perkawinan, cinta harus tetap dirawat.
Konsep yang benar adalah mencintai apa yang sudah kita temukan dan miliki. Kita pupuk cinta agar terus bersemi.
Bila melihat atau merasakan kesalahan pada pasangan harus dibicarakan baik-baik, cari solusinya, jangan hanya mengomel atau menyalahkan. Bila kita dapat menemukan solusi bersama, pasti kita tidak akan membutuhkan solusi dari pihak lain. Jadi, harus ada keputusan bersama.
Kesimpulannya, pupuklah dan rawatlah cinta, agar selalu berkembang dan bersemi. Bersikaplah positif, seperti saat pendekatan dulu, niscaya cinta kita akan abadi hingga pasangan menjadi kakek nenek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H