Manusia dewasa selalu berusaha untuk bekerja, guna memenuhi beaya hiidupnya. Dalam ilmu ekonomi dipetakan dalam empat kuadran, karyawan (employee), freelancer (self employee), pemilik bisnis (business owner), dan investor.
Karyawan adalah golongan yang paling kecil resikonya, tiap bulan menerima gaji / upah selama bekerja dengan baik. Paling tidak dapat memuaskan pemilik bisnis, sehingga tidak terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
O
Golongan kedua, freelancer, termasuk pengusaha UMKM bekerja sendiri, tidak memiliki boss, bekerja secara mandiri, penghasilan tidak tetap. Kadang besar, kadang pas-pasan, kadang harus menggerus tabungan. Pola kerja berdasar pada diri sendiri, karena menjadi boss bagi dirinya sendiri. Tidak mengenal PHK, karena menjadi boss untuk diri sendiri.
Golongan ketiga adalah pemilik bisnis. Biasanya bekerja dengan beberapa karyawan guna menjalankan sistem kerja yang telah direncanakan. Penghasilan berupa hasil usaha setelah dikurangi beaya operasional dan gaji karyawan.
Golongan keempat, adalah investor. Sifatnya hanya menyediakan modal kerja. Tidak berurusan dengan sistem kerja maupun kinerja karyawan. Usaha dilakukan oleh pemilik bisnis dengan modal kecil bersama karyawannya.
Golongsn pertama yang paling terkendala oleh usia. Di Indonesia batasan usia produktif adalah 55 tahun. Setelah itu harus berhenti bekerja alias pensiun.
Golongan kedua hingga keempat lebih fleksibel dalam usia. Asalkan masih sehat dan kuat, masih mampu berusaha.
Nah, kita bicarakan golongan pertama. Kemana setelah pensiun?
Banyak pelatihan "Persiapan Masa Pensiun" yang menyarankan untuk pindah ke kuadran dua (freelancer) - wirausaha atau kusdran tiga (business owner).
Saran memang mudah dilontarkan, tetapi seseorang yang telah menjadi karyawan selama 30-35 tahun, dengan beberapa tips dalam beberapa hari selama latihan adalah sangat sulit untuk merubah mentalnya. Dari tidak mengenal resiko ke penuh resiko.
Contoh-contoh dalam pelatihan biasanya hanya berupa pengusaha sukses. Sehingga tampak menggairahkan. Namun sadarkah kita bahwa kenyataannya hanya satu diantara puluhan atau ratusan bahkan ribuan pebisnis yang sukses ?