Kita baru saja mendengar ada ansk membunuh orang tuanya, atau anak tega mengusir ibunya yang sudah tua dari rumah.
Kenapa dulu jarang terjadi peristiwa diatas? Kalau diperhatikan, hal ini terjadi seolah-olah sifat durhaka diciptakan oleh orang tua tanpa disadari. Anak menjadi baik atau durhaka, pasti melalui proses yang panjang.
Kalau dulu, orang tua yang bekerja biasanya hanya bapak, ibu lebih banyak bertugas mengasuh anak.
Namun kini karena tuntutan zaman, ekonomi tambah berat, terpaksa kedua orang tua pergi bejerja untiuk memenuhi gaya hidup masa kini. Anak biasanya diserahkan pada suster atau perawat, bahkan kalau mau yang murah sering kali seorang asisten rumah tangga yang dulu dikenal sebagai pembantu rumah tangga, diverikan pakaian putih, agar di mata tetangga tampak seperti seorang suster
Karena sudah menggaji suster beneran maupun "suster", kedua orang tua merasa tidak memiliki tanggung jawab lagi saat anak rewel.
Kalau kita melihat anak yang sedang rewel sedang dirayu oleh susternya, seolah-olah kita melihat anak itu jadi anaknya suster. Karena yang merayu adalah suster, bahkan yang diturutin kata-katanya adalah suster, bukan orang tuanya.
Salahkah sang anak berbuat demikian? Jelas tidak, karena kedua orang tua sama sekali acuh tak acuh pada dirinya. Yang mau memahami kegundahannya hanyalah si suster
Sadarkah orang tua dengan cara ini telah membuat anaknya pelan-pelan menjadi pendurhaka?
Meski orang tua sudah mempekerjakan seorang suster, bila anak sedang kesal atau istilahnya mencari perhatian, orang tua wajib hadir.
Meski orang tua sudah menggaji suster, orang tua wajib memeluk dan menghibur sang anak, agar tidak rewel lagi.
Dengan cara ini anak akan mengingat bahwa dia masih memiliki orang tua yang mencintainya. Bukan orang tua yang cuek dan menyerahkan semua hal kepada suster.
Antara anak dan orang tua harus ada ikatan batin yang kuat, tidak boleh dialihkan kepada siapapun. Jalinan cinta yang kuat, akan membuat anak menjadi anak yang patuh, bukan seorang pendurhaka.
Wahai orang tua sadarlah, sesibuk-sibuknya dengan bisnis, pedulikan atau nomor satukan anakmu. Agar anak tidak berproses menjadi pendurhaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H