Pada budaya Tionghoa adalah sebuah aib bila seorang gadis yang telah berusia diatas 25 tahun belum menikah. Karena oleh lingkungan akan disebut perawan tua.
Bila ada seorang gadis yang telah bertunangan, dan sebelum menikah tiba-tiba terjadi musibah, dimana calon suaminya meninggal dunia entah karena sakit atau kecelakaan.
Gadis yang ditinggal kekasihnya meninggal dunia juga sering di cap oleh lingkungannya sebagai gadis pembawa sial. Sehingga gadis ini juga akan kesulitan bila mau "move on", mendapatkan calon suami pengganti.
Guna mengatasi hal ini, di Tiongkok kuno, terdapat sebuah tradisi menikah dengan hantu. Maksudnya, gadis ini tetap dinikahkan dengan calon suaminya yang sudah meninggal dunia.
Jadi, dengan adanya budaya ini justru sang gadis merasa statusnya lebih jelas. Memang dia akan berstatus janda, namun lebih baik daripada menyandang gadis pembawa sial.
Bagi sang gadis ritual ini tidak dianggap seram atau mdnyeramkan. Biasanya hanya dihadiri keluatga besar saja, tanpa tamu undangan lain. Tata cara adat seperti penghornatan teh kepada orangtua tetap dilakujan. Hanya pesta makan minum sederhana saja.
Melalui budaya ini, pernikahan ini tetap dicatat dalam silsilah keluarga. Meski keduanya jelas tidak memiliki anak akibat dari pernikahan ini.
Tampaknya, kini budaya ini sudah jarang dilakukan. Karena orang lebih percaya pada logika, daripada hal-hal mistis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H