Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolong Tanpa Diketahui

17 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   08:47 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mengunjungi sebuah gerai kopi di Jakarta, tak perlu saya sebutkan namanya, karena nanti dianggap promosi.

Rupanya gerai kopi ini menerapkan konsep dari Italia. Konsepnya bagini, seseorang bisa membeli dua cangkir kopi, satu cangkir untuk diminum, dan satu cangkir untuk didonasikan (istilahnya di dinding).

Karena saat seseorang yang memesan dua cangkir dan hanya meminum satu cangkir kopi, telah membayar harga dua cangkir kopi, lalu kasir menempelkan memo di dinding.

Demikian pula bila datang dua pasang manusia yang memesan
empat cangkir kopi, dua cangkir untuk diminum, dan dua cangkir untuk donasi. Maka setelah transaksi ini dibayar, kasir akan menempelkan dua memo di dinding.

Apa tujuannya ?

Tidak semua orang memiliki cukup uang untuk membeli secangkir kopi pada sebuah kafe. Nah dengan konsep ini, bila orang yang kurang mampu melihat ada memo tertempel di dinding, dia bisa memesan kopi juga.

Cara memesannya, cukup mengatakan ke kasir ingin secangkir kopi di dinding. Lalu waiter akan memberikan satu cangkir kopi.

Setelah menghabiskan minumannya, orang itu tidak perlu membayar. Kasir akan merobek satu memo di dinding, sebagai tanda  donasi sudah digunakan.

Orang itu tidak perlu membayar, karena harga secangkir kopi telah divayarkan oleh donatur melalui konsep secangkir kopi di dinding.

Konsep serupa juga pernah dilakukan di salah satu negara di Asia Tengah, bentuknya roti. Seorang donatur bisa membayar harga dua roti, satu untuk dibawa pulang, satu dimasukkan ke keranjang.

Bila ada orang kurang mampu yang kelaparan, dia bisa mendapatkan roti, dengan mengatakan menghendaki roti yang ada di keranjang.

Dua konsep ini sama tujuannya, membantu sesama, tanpa harus mempermalukan orang yang dibantu. Atau orang yang ditolong, tidak perlu merasa malu, ksrena dia tidak meminta-minta.

Bila konsep ini dapat dilaksanakan di banyak gerai kuliner atau kopi, pasti banyak orang kurang mampu yang tertolong.

Menolong sesama manusia tidak perlu harus diketahui oleh yang ditolong, karena kita tidak mengharapkan balasan darinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun