Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rajin Olahraga Bukan Jaminan 100% Sehat

12 April 2024   10:00 Diperbarui: 12 April 2024   10:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ini pengalaman pribadi, saya termasuk orang yang gemar olahraga
Bahkan agak maniak. Sejak masih di Sekolah Dasar gemar main bulu tangkis dan tennis meja. Hampir tiada hari tanpa olahraga. Apalagi tetangga ada yang mantan pemain nasional, yang selalu memacu semangat kami (saya dan teman-teman).

Tennis meja hanya bertahan sampai SMP, sedangkan bulutangkis hingga SMA, bahkan sempat menjadi pengurus bulutangkis skala OSIS. Di SMA bertambah olahraga basket dan catur. Yang catur bahkan sempat jadi juara sekolah, hingga diikuti sertakan ke pertandingan tingkat kota.

Saat di perguruan tinggi, olahraga agak menurun, karena kesibukan asistensi dan organisasi mahasiswa. Untungnya masih diimbangi dengan jalan kaki, dari pondokan hingga kampus.

Setelah bekerja, saya lebih banyak berolahraga di pusat kebugaran (gym) disamping selalu mengikuti fun walk dan fun run. Saat gowes sedang kondang juga sempat ikut gowes, alias menggenjot sepeda.

Secara umum, mestinya tubuh selalu bugar dan sehat. Apalagi selalu rajin mendonorkan darah tiap 3 bulan sekali.

Namun karena pekerjaan saya di bidang manajemen, kurang bekerja secara fisik, hampir seharian duduk di depan notebook dan ruang rapat. Memang masih sempat jalan dari tempat parkir mobil, maupun ke mesin fotocopy untuk menggandakan dokumen.

Ditambah tiap tahun selalu mengikuti Medical General Check Up (MCU). Jadi seharusnya status kesehatan terjamin.

Memang kelemahan saya hanya pada pola makan. Pola makan saya termasuk jorok, alias pemakan segala kuliner tanpa pantangan.

Sehingga pada sekitar 2018, saya mulai sering ditolak saat mendonorkan darah, dengan alasan tekanan darah terlalu tinggi. Sebenarnya hal ini adalah peringatan dini, namun saya terlalu percaya diri karena masih rajin berolahraga. Namun secara mendadak, tahun 2020, saya tiba-tiba tidak bisa bergerak, baik tangan dan kaki saat berada di tempat kerja.

Saya segera dilarikan ke Rumah Sakit, dan dinyatakan terkena stroke ringan. Sempat dirawat di ICU dan rawat inap selama seminggu. Diagnosa menyatakan tekanan darah tinggi telah menyebabkan sumbatan pada batang otak dan menyebabkan daya keseimbangan saya hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun