Adegan pemuka agama kalah bertarung dengan hantu juga dapat berdampak serupa. Jadi, sebaiknya film horror jangan bersinggungan dengan agama apapun.
Memang untuk mengusir suasana seram, produsen sering memasukkan adegan kocak, bahkan ada yang sengaja menampilkan artis seksi. Padahal sebagai umat beragama, kita sewajarnya dilarang menyaksikan tubuh bukan muhrim yang tidak tertutup.
Seharusnya pada bulan Ramadan, banyak diputar film-film bergenre agama, seperti Ayat-ayat Cinta", "Sang Pencerah", dan "Negeri 5 Menara".
Film dengan genre horror boleh saja diputar, asalkan jangan berkaitan dengan agama, dan hanya menguji nyali dengan menimbulkan suasana yang mencekam atau menampilkan efek-efek menyeramkan dengan teknik baru yang digemari para kritikus film.
Menonton film bergenre horror boleh saja, asalkan kita tetap menggunakan logika, dan mengaggap sebagai hiburan saja. Juga jangan mempengaruhi mental kita sehingga menjadi penakut.
Mahluk astral memang ada disekitar kita, namun bila kita tidak mengganggu mereka, semestinya mereka juga menghormati kita. Dengan tidak mengganggu kita. Meski ada juga mahluk astral yang usil dan senang mengganggu, sehingga diperlukan pemuka agama untuk memindahkan ke tempat lain.
Sebgai insan yang taat beribadah, hendaknya jangan terlalu terpengaruh oleh jalan cerita maupun adegan film horror. Dan sebaiknya kita membatasi menonton film horror meski banyak ditawarkan.
Suatu bisnis pasti berkaitan dengan cuan, bila makin banyak permintaan tentu makin banyak produk yang akan ditawarkan. Coba uji saja, bila pada bulan Ramadan, kita sepakat untik tidak menonton film horror, maka pasti produsen juga akan berpikir ulang.
Bulan Ramadan hendaknya dimanfaatkan untik meningkatkan nilai spiritualitas kita, jangan sebaliknya malah menurunkan Kadar keimananan kita.
Selamat berpuasa, dan bijaklah memilih film untuk ngabuburit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H