Memang kegalauan saya akhirnya terjawab saat diskusi film dengan Rasny yang dipandu oleh Dewi Puspa dari KOMiK.
Bahwa sebenarnya ada versi lain yang menggambarkan keduanya akhirnya tiba juga di Masjid Istiqlal. Menurut pendapat saya, versi ini yang sebenarnya lebih tepat menggunakan judul "Istiqlal".
Meski arti kata "Istiqlal" adalah merdeka, film ini kurang tepat menggunakan judul "Merdeka".
Film ini hanya menggambarkan komunikasi dua generasi yang terjalin, akibat mereka kesasar saat menuju ke Masjid Istiqlal.
Perbedaan jenjang antara generasi babe yang gagap teknologi dan generasi Sobari yang melek teknologi digambarkan dengan baik, dengan usulan menggunakan Google Map.
Babe enggan  menggunakan Google Map, Karena sebagai mantan anak Pecenongan pasti tahu persis arah ke Masjid Istiqlal. Rupanya dia salah, karena sekarang dia berangkat dari Tangerang Selatan yang terletak nun jauh disana.
Film ini juga memberikan sindiran kepada Pemprov tentang penduduk asli yang terpaksa harus tergusur dari habitat asalnya, akibat pembangunan. Seharusnya pembangunan, tidak perlu membuat kaum marjinal terpinggirkan.
Tentang gambaran masyarakat kota besar yang masa bodoh, juga ditampilkan dengan apik. Mereka mau menjawab ketika ditanya, meski asal menjawab. Akibatnya yang bertanya, makin tersasar.
Usulan Sobari untuk menggunakan Google Map memang membantu, setelah kekeras kepalaan babe berkurang (yang semula sangat yakin mengetahui arah ke Masjid Istiqlal).
Namun teknologi ternyata bukan segala-galanya. Begitu baterai gawai habis, teknologi bukanlah apa-apa lagi. Jadi, moral ceritanya teknologi janganlah dijadikan dewa, cukup jadikan alat bantu saja.