Bila KOMiK, komunitas Kompasianer penggemar film telah membuat film pendek dengan tema kuliner "Ngidam", yang mengetengahkan kuliner Betawi yang sudah jarang ditemukan. Dengan peran aksi seorang Ibu hamil yang sedang kangen atau rindu masakan Betawi yang sudah jarang ada. Sehingga membuat puyeng suaminya. Muncullah: sayur babanci, es selendang mayang, semur jengkol, dan nasi ulam.
Kuliner memang dapat menjadi tema sentral sebuah film. Â Paling tidak dapat dimanfaatkan untuk melestarikan kuliner yang pernah ada. Banyak kisah yang dapat dipadukan dengan kuliner.
Salah satu film nasional bertema kuliner yang saya anggap terbaik adalah "Tabula Rasa". Film buatan 2014 ini selain mengusung tema kuliner juga berusaha menunjukkan persatuan Indonesia.Â
Dalam tokohnya, seorang pemuda Papua yang kabur ke Jakarta mengejar impiannya, ternyata bisa menyukai masakan Padang. Bahkan mau bekerja dibidang yang sama sekali berbeda dengan passionnya.
Adalah seorang pemuda Papua yang tinggal pada sebuah panti asuhan. Guna mengejar mimpinya, sebagai pemain sepakbola, ia kabur ke Jakarta. Ia mengalami culture shock, Jakarta ternyata sungguh berbeda dengan Papua. Kekerasan Jakarta, membuat mentalnya rapuh dan berniat bunuh diri.
Upaya bunuh diri yang gagal justru mempetemukannya dengan seorang Ibu, pemilik warung Padang. Melihat pemuda yang putus asa, Ibu itu menyajikan semangkuk kari kepala ikan. Kari kepala ikan adalah hidangan yang cukup populer di warung Padang, selain rendang, dendeng batokok, dan ayam pop.
Cita rasa kuliner Padang ini membangkitkan semangatnya untuk hidup. Tidak ada cara lain, dia lalu mengutarakan ingin bekerja di warung si  Ibu.
Tapi masalah tidak sesederhana itu, film diarahkan pada konflik baru. koki warung Padang dan pelayannya yang sudah bekerja lama merada iri. Mereka protes, koq orang Papua bekerja di warung Padang, citra warung Padang bisa hilang di mata pelanggan.
Kecemburuan ini berakibat koki mengundurkan diri, tetapi pindah ke warung pesaing yang tepat berada di depan warung Ibu penolongnya.
Film yang dihiasi dengan banyak kuliner Padang, pengambilan gambarnya sangat tepat. Bahkan menggugah selera. Bisa batal mereka yang sedang berpuasa, bila menyaksikan film ini.
Sutradara Adriyanto Dewo begitu piawai meramu alur cerita dan penyajian gambar yang apik.
Tak heran bila film ini berhasil meraih 4 penghargaan bergengsi pada ajang Festival Film Indonesia 2014, yaitu sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik (Dewi Irawan), pemeran pendukung pria terbaik (Yayu Unru), dan skenario asli terbaik (Tumpal Tampubolon).
Selain upaya melestarikan kuliner khas daerah, film bertema kuliner juga dapat untuk mempromosikan kuliner khas suatu daerah. Film dianggap berhasil bila pengambilan gambarnya sanggup membuat penonton menyukai kuliner tersebut, bahkan ingin mencicipinya.
Film ini meski bertema kuliner, kisahnya dibuat sangat menarik, sehingga tidak membosankan dan penonton tidak merasakan sudah duduk selama 107 menit, karena banyak adegan kocak didalamnya.
Jadi, selain film bertema asmara dan horror, sebaiknya membuat variasi dengan membuat film bertema kuliner.
Data film
Sutradara :
Adriyanto Dewo
Produser:
Sheila Timothy
Ditulis oleh:
Tumpal Tampubolon
Pemeran:
Jimmy Kobogau,
Yayu Unru,
Ozzol Ramdan,
Dewi Irawan
Sinematografer:
Amalia T.S.
Perusahaan
produksi:
Lifelike Pictures
Tanggal rilis:
24 September 2014
Durasi:
107 menit
Bahasa:
Bahasa Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H