Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beras Mahal? Ya Ganti Karbo Lain

23 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 23 Februari 2024   10:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mashed sweet potato (sumber gambar: majalahaula.id)


Usai hajatan akbar Pemerintah, yakni Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024. Terjadi fenonena menarik, beras kosong di pasar swalayan maupun pasar tradisional.

Yang tersedia hanya beras premium yang harganya mahal. Fenonena apakah ini? Menurut kasak kusuk orang di pasar, konon hal ini disebabkan dua hal, pertama penerima bansos ramai-ramai belanja beras, kedua ada orang-orang yang membeli beras di luar jumlah yang wajar untuk ditimbun. Alasannya, mereka kawatir akan terjadi chaos akibat hasil Pemilu 2024 yang dicurigai penuh kecurangan. Jadi, setelah hitung cepat maupun hitung nyata KPU mulai disiarkan, mulai muncul euforia kemenangan paslon 02, sebaliknya dari paslon 01 dan 03 nyaring meneriakkan kecurangan, bahkan hingga mengusulkan DPR menggunakan hak interpelasi.

Akibat pembelian beras diluar kewajaran, menyebabkan persediaan beras menipis hingga kosong.

Haruskah panik saat beras kosong? Sebenarnya tidak perlu, meski secara wajar orang Indonesia bila tidak mengkonsumsi nasi, selalu merasa belum kenyang.

Beras yang ditanak menjadi nasi tergolong salah satu faktor kalori yang dibutuhkan tubuh. Beras / nasi termasuk karbo hidrat.

Sebenarnya masih banyak makanan yang tergolong karbo hidrat dari yang agak mahal hingga relatif murah.

Contoh yang agak  mahal;

* Pasta, tentu kita mengenal kuliner khas Italia ini. Jenisnya bermacam-nacam dari yang paling umum, seperti spaghetti, hingga varian lain seperti fettuccine, macaroni, dan penne.

* Gandum

Terakhir harganya naik sebagai dampak perang Ukraina-Rusia.
Gandum lazim diolah untuk menjadi:

a. Roti / kue
b. Mie cepat saji
c. Bakmie

Meski ketiganya tergolong kurang sehat karena roti bercita rasa manis kurang tepat bagi penderita diabetes, sedangkan mie cepat saji dan bakmie dianggap menyebabkan obesitas.

* Cereal

* Kentang, 

Dapat disajikan dalam berbagai variasi, seperti mashed (ditumbuk) atau  wedges / direbus atau digoreng.


Sedangkan yang tergolong relatif murah, adalah;

* Ubi kayu / singkong (cassava)

Dapat disajikan di goreng atau di rebus. Yang rajin mengolah bisa menjadi tiwul.

* Ketela Rambat / Ubi jalar (sweet potato)

Memiliki varian warna bermacam-nacam, seperti merah, ungu, putih / kuning muda. Dapat direbus atau disajikan dalam bentuk mashed.

* Jagung

Dapat direbus saja, atau dibakar dengan diolesi mentega dan sambal.

* Mantau

Kue putih serupa bakpao ini merupakan kuliner asal Tiongkok terbuat dari tepung terigu.
.
* Bihun / Kweetiau

Kuliner berbahan tepung beras ini juga tergolong karbo hidrat dan sudah cukup banyak dikenal. Biasa disajikan direbus atau digoreng.

* Pumpkin / waluh

Yang terakhir ini sering terlihat mulai di pasarkan di pasar swalayan.

* Papeda

Makanan ini terbuat dari sagu, sangat populer di Indoesia Timur. Bagi orang Indonesia Barat yang tidak nengenalnya, tampilan seperti lem.

Cita rasanya hambar. Biasa disantap dengan ikan ekor kuning agar ada cita rasanya.

Mungkin pada awalnya tidak merasa cukup mengenyangkan namun bila dibiasakan
akan terasa kenyang juga.

Jadi, jangan merasa tergantung pada beras saja, carilah alternatif penggantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun