Kalau kita sudah pernah mengunjungi kota Yogyakarta atau Jogja, hampir pasti sudah mengenal Malioboro, kraton, Candi Prambanan, Gudeg (makanan yang tersaji 24 jam), dan bakpia pathuk.
Namun Yogyakarta bukan hanya Malioboro, untuk itu Koteka Talk 165 menampilkan Uray Kusumajaya, yang sedang menempuh studi lanjut S3 disana.
Uray adalah seorang dosen bahasa Inggris di Pontianak, yang memperoleh gelar S1 di Universitas Tanjung Pura dan S2 University of Victoria, Australia.
Uray sempat mengalami culture shock saat mulai tinggal di Jogja. Meski masih dalam satu negara Indonesia, di Jogja warganya dalam komunikasi sehari-hari lebih banyak menggunakan bahasa Jawa, lalu makanan dengan cita rasa cenderung manis.
Yogyakarta memiliki wisata budaya, sementara Pontianak hanya wisata alam. Uray saat pertama kali datang di Jogja mengenal kopi klothok.
Menurut Urà y, pariwisata di Jogja sudah dikelola dengan baik, salah satu indikatornya transportasi publik mudah dan beaya terjangkau.
Uray juga dengan mudah ke Semarang atau Bandung, sudah ada kereta api yang belum ada di Kalimantan.
Kesan paling positif, tinggal di Jogja merasa aman. Juga serba murah, beda dengan saat menempuh S2 di Australia semua serba mahal. Bedanya, belajar di Indonesia merasa paling tua, kalau di Australia banyak orang tua yang menempuh studi lanjut.
Bicara tentang kuliner, Uray menemukan hidden gem di Jogja. Pesannya bila ke Jogja, coba eksplore lebih jauh, kemana-mana murah dengan naik Trans Jogja
Uray menyebutkan beberapa hidden gem yang diketemukannya, seperti:
1. Lupis mbah Satinem
Berlokasi dekat dengan Tugu Jogja, seorang perempuan tua yang menjajakan lupis yang diberikan parutan kelapa dan kinca. Hrus datang pagi, karena jam 7.30 biasanya sudah habis.
2. Mangut Lele mbah Karto
Dengan cita rasa pedas dan gurih, karena dimasak dengan kelapa.
3. Little Garden
Sebuah resto yang memiliki homestay (Jembar Ati), dimana kita dapat melihat keindahan gunung Merapi.
4. Resto Geblek Pari
Sebuah resto dengan suasana alam Bukit Manoreh. Kita dipaksa  menikmati alam, karena tidak ada wifi. Terletak di Nanggulan, Kulon Progo.
5. Mie Jontor
Mie Jawa atau Mie Ayam dengan cita rasa pedas
6. Jadah Tempe mbah Carik
Terletak di daerah Kaliurang. Konon makanan ini inelambangkan rasa nasionalisme kita. Tempe bacem identik dengan warna merah dan jadah identik dengan warna putih. Makanan ini juga sangat digemari Sultan Jogja.
Di dekatnya, kita bisa naik jeep ke lereng Merapi. (Tour Volcano)
7. Sate Klathak
Terletak di daerah Bantul, berupa sate kambing dengan tusukan dari ruji sepeda. Ini salah satu kuliner yang disampaikan Yose, peserta webinar yang asal Jogja.
8. Â Kuliner pasar
Yose juga menambahkan bila ingin mencicipi kuliner khas Jogja, silakan blusukan di pasar. Asal datangnya pagi hari, karena kalau siang bakal kehabisan.
Penasaran? Yuk kunjungi Jogja. Tulisan ini bisa digunakan sebagai panduan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H