Sebagai anak desa, Tomi hampir tiap hari berjalan kaki ke sekolah. Kadang bersama teman-teman, kadang sendirian. Perjalanan selalu melalui sebuah pohon mangga yang sangat rimbun daunnya.
Oleh ibunya, Tomi selalu dipesankan agar dari sekolah langsung pulang ke rumah, jangan mampir kemana-mana. Karena harus segera makan malam dan istirahat, agar  malam hari kuat untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah.
Tomi adalah type anak penurut dan tidak bandel. Tomi selalu mengingat pesan ibunya. Hingga pada suatu hari, Tomi sepulang dari sekolah diajak teman-temannya bermain sembunyi-sembunyian di dekat pohon mangga.
Cara permainan ini pertama satu anak menjadi pencari, sementara anak lainnya bersembunyi. Anak yang diketemukan pertama kali oleh pencari akan menjadi pencari, demikian seterusnya.
Setelah sekian lama bermain, Tomi bersembunyi dibawah pohon mangga, yang diyakininya cukup tersembunyi, sehingga akan sulit diketemukan.
Tetapi dibawah pohon mangga, Tomi merasakan sesuatu yang aneh. Tiba-tiba pemandangan sekitarnya berubah berbeda, meski Tomi masih mendengar suara teman-temannya. Tomi juga mendengar suara orang menangis diatas pohon mangga.
Tomi seorang anak pemberani, Tomi langsung naik ke atas pohon dan melihat seorang wanita berambut panjang berbaju putih yang menangis sambil membelai rambutnya yang panjang. Tapi Tomi tidak melihat dengan jelas wajah wanita teraebut, karena tertutup oleh rambutnya yang panjang.
Tomi heran, siapa wanita itu, kenapa berada di atas pohon sambil menangis. Tomi menegurnya, "Mbak siapa dan tinggal dimana?"
Tiba-tiba wanita itu menghentikan tangisnya, lalu tertawa nyaring yang menyeramkan. Tomi menjadi ketakutan, segera turun, dan mencari teman-temannya. Lalu Tomi mengajak teman-temannya pulang.
Setiba di rumah, Tomi menceritakan pengalaman anehnya kepada ibunya. Ibunya  lalu memberitahu Tomi, "Lain kali saat pulang dari sekolah, harus langsung pulang ke rumah, jangan brmain saat menjelang magrib, yang Tomi lihat tadi kuntilanak yang sering mengganggu warga "
Tomi hanya menganggukkan kepala. Keesokan harinya, dan hari-hari berikutnya, Tomi selalu berjalan bersama teman-temannya bila melewati pohon mangga itu, dan tidak pernah bermain disitu lagi. Dan anehnya, tak sekalipun Tomi menjumpai kuntilanak lagi.