Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Tetap Memilih Tinggal di Jakarta

4 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 4 Februari 2024   10:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikon Jakarta (sumber gambar: Jakarta tourism.go.id)


Jakarta sejak 1945-2024 adalah ibukota Republik Indonesia. Walaupun menjadi ibukota karena alasan historis, karena proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di Jakarta.

Jakarta dari tahun ke tahun berkembang menjadi besar dan luas. Dari kota sederhana berubah menjadi kota metropolitan yang memiliki banyak gedung tinggi Pembangunan ini tidak lepas dari hasil pemikiran banyak Gubernur yang memimpin provinsi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diantaranya yang menonjol, Ali Sadikin, Sutiyoso, Fauzi Bowo, Joko Widodo, dan Basuki Tjahaya Purnama.

Jakarta mulai memiliki stadion bertaraf international saat menyelenggarakan Asian Games. Lalu proyek-proyek monumental, seperti Tugu Monas, Taman Mini Indonesia Indah, Masjid Istiqlal, Ancol, Taman Ismail Marzuki,  dan revitalisasi Kota Tua

Walaupun pernah hancur, akibat peristiwa politik 1998, Jakarta sebagai pusat Pemerintahan, sentra ekonomi dan budaya terus bertumbuh. Gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan menjulang tinggi. Menjadi magnet bagi semua kaum muda untuk mengadu nasib di Jakarta.

Akibatnya, arus urbanisasi tak terbendung. Jakarta menjadi kota yang padat sehingga menimbulkan kemacetan, akibat penggunaan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Kendala kemacetan Jakarta sudah coba diatasi dengan nengoperasikan bus Trans Jakarta, MRT, dan LRT. Tujuannya untuk menyamankan transportasi, sehingga penggunaan kendaraan pribadi berkurang, yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan dan pokusi udara.

Jalan bebas  hambatan, jalan layang, maupun underpass dibangun saling silang, juga muncul kebijakan dari 3 in 1 hingga Ganjil Genap, sehingga banyak membingungkan pengguna jalan.

Kendala lainnya bagi Jakarta adalah banjir, karena posisi geografisnya yang rendah, dan terus mengalami penurunan tanah.

Namun kendala yang ada, tetap tidak menyurutkan minat, orang-orang daerah untuk berurbanisasi ke Jakarta. Hal ini tampak saat sesudah libur Lebaran, banyak keluarga yang sudah tinggal di Jakarta, kembali ke Jakarta dengan membawa anggota keluarga dari desa / kampung.

Pengalaman pribadi

Sebagai anak muda yang dilahirkan di kota Semarang, Jawa Tengah, secara tidak terduga mendapatkan tawaran atau tantangan untuk mengelola kantor baru di Jakarta, yang tentunya menjadi kantor pusat  Mulai dati kos hingga memiliki rumah pribadi, meski dipinggiran Jakarta, saya tiap hari selama bertahun-tahun menikmati kemacetan Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun