Semua penulis tentu ingin memiliki atau menerbitkan karyanya. Menerbitkan buku sekarang sangat mudah, banyak penerbit indie, bila penulis memiliki modal untuk mencetak bukunya, dengan mudah penerbitan mencetak bukunya.
Yang sulit sekarang, justru untuk mendapatkan nomor ISBN, karena lembaga yang mengeluarkannya makin ketat dan berhati-hati. Hanya buku dengan kualitas isi yang baik yang bakal memperoleh ISBN.
Tapi penerbit juga tidak kekurangan akal, gagal memperoleh ISBN, muncul ide menggunakan QRCBN.
Jadi, tentunya yang membuat kita bangga adalah bila hasil karya kita diterbitkan oleh penerbit mayor.
Karena, modal ongkos cetak, distribusi buku, hingga honor penulis diurus oleh penerbit mayor.
Namun untuk dapat memasukkan naskah ke penerbit mayor ini sulitnya tidak terbilang. Melalui jalur resmi, kita harus bersaing dengan ratusan naskah yang masuk ke tim editor Tentu yang lebih mudah bila kita memiliki koneksi dengan tim editor, karena kita akan diterima sebagai tamunya, minimal naskah kita akan diprioritaskan dari antrean. Atau, minimal kita berhasil menembus satu kali, naskah berhasil diterbitkan. Apalagi bila buku kita menjadi best seller, ganti giliran tim editor yang mencari-cari kita.
Secara umum tim editor dalam penerbitan mayor terdiri dari fiksi dan non fiksi. Yang termasuk fiksi diantaranya, novel, kumpulan puisi, kumpulan cerpen, Komik, dan buku untuk anak. Sedangkan yang tergolong non fiksi adalah Komputer, Kesehatan, Keagamaan, Financial, Bisnis, Pengembangan Pribadi, Humaniora, dan Pemberdayaan Anak (Parenting).
Masing-masing bagian memiliki kriteria tersendiri.
Fiksi
Kita harus menyiapkan naskah dengan minimal 150 halaman A4 dengan jarak 1,5 spasi atau identik dengan 3.000 kata per bab. Tentunya dengan tema menarik atau sedang sesuai trend. Harus memiliki karakter tokoh yang jelas, setting tempat yang tapat, waktu, dengan alur cerita yang membuat pembaca tertarik, biasanya dengan menciptakan konflik hingga mencapai klimaks pada bab-bab terakhir.